Kapan manusia itu merasa Bahagia? Setiap orang memiliki jawabanya masing-masing. Mungkin ada yang menjawab, saya bahagia ketika cita-cita terwujud. Mungkin ada juga yang mengatakan, Bahagia ketika menjadi kaya raya, Bahagia ketika mendapat hadiah, Bahagia mendapat kado dari pacar, dan lain sebagainya.
Semua jawaban seperti itu merupakan jawaban yang benar menurut versinya masing-masing. Jika definisi kebahagiaan adalah seperti jawaban tersebut, pertanyaanya, apakah semua pernah Bahagia? Bagaiamana dengan orang tidak pernah menerima hadia? Bagaimana dengan orang yang hidup di sederhana dan hidup dalam serba kekurangan?
Kebahagiaan adalah hak setiap manusia. Setiap orang mendapatkan kebahagiaan dengan caranya masing-masing. Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai kebahagiaan dari sudut pandang yang berbeda. Kebahagiaan tidak melulu soal menerima, memperoleh, atau mendapatkan sesuatu yang memiliki arti, berharga bagi diri sendiri. Kebahagiaan juga adalah soal memberi, berbagi, apa yang kita miliki.
Pepatah Latin mengatakan "Nemo dat quot non habet" tidak seorang pun dapat memberi dari apa yang mereka tidak miliki. Orang memberi karena memiliki. Apa yang dimiliki? Apa saja. Ada beberapa hal yang bisa diberikan atau dibagikan kepada orang lain, dan dimiliki oleh setiap orang
Pertama adalah waktu. Kadang manusia berpikir terlalu muluk. Lupa jika waktu juga bisa diberikan kepada orang lain. Manusia modern, selalu menyibukan diri untuk mengumpulkan atau harta benda. Akibatnya sebagian orang merasa kehilangan waktu. 24 jam sehari merasa tidak cukup. Mereka tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga, anak, isteri, orang tua dan lain-lain. Semuanya disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Setiap orang memiliki waktu.
Bagaiamana waktu diatur, itulah persoalannya. Ketika kita menyibukkan diri, maka kita akan kehilangan banyak hal dengan orang-orang yang kita cintai. Apakah kita Bahagia? Tidak. Kita justeru stress, merasa tertekan, dan kehilangan.
Tetapi, jika kita luangkan waktu mungkin 30 menit-1 jam hanya untuk mendengarkan cerita dari anak, orang tua, isteri, suami, maka kita akan mendapatkan banyak hal. Ingat ini hanya memberi waktu. Keluarga yang sibuk biasanya, tidak Bahagia. Bayangkan jika anak tidak memiliki waktu untuk belajar atau berkomunikasi dengan orang tua, begitu juga dengan suami-isteri.
Kedua adalah pengalaman. Setiap orang memiliki pengalaman. Media untuk berbagi pengalaman ada begitu banyak, misalnya media sosial, kertas (berupa tulisan), video, lagu (music) dan lain-lain. Kadang kita memiliki pengalaman/pengetahuan yang begitu berharga hanya untuk disimpan. Seorang penulis akan memabagikan pengalamannya lewat menulis, seorang musisi akan membagikan pengalamannya melalui lagu, dan berbagai hal lainnya.
Pengalaman atau pengetahuan dibagikan bukan untuk memamerkan diri, melainkan untuk memberikan inspirasi bagi orang lain. Semakin kita berbagi pengalaman/pengetahuan, maka kita semakin mendapatkan pengalaman berharga, dan mendapatkan pengetahuan, minimal kita tahu seperti apa itu berbagi.
Ketiga adalah materi (uang, harta). Berbagi yang lazim kita lihat dan dipahami adalah soal materi. Misalnya orang membagikan sembako atau makanan kepada anak jalanan, pengemis, dan lain sebagainya. Contoh lain adalah santunan untuk panti asuhan, pondok pesantren dan Lembaga sosial lainnya. Mereka yang memberi itu akan mendapat kepuasan tersendiri yaitu kepuasan batin. Kepuasan inilah yang kerap disebut sebagai Bahagia.