Memiliki anak yang sehat dengan tumbuh kembang tanpa adanya gangguan tentu menjadi dambaan setiap orang tua.
Namun bagaimana jika dalam kelahiran atau proses tumbuh kembangnya anak tersebut memiliki kekurangan-kekurangan yang menjadikannya berbeda dengan anak-anak pada umumnya?
Masih dalam nuansa memperingati Hari Anak Nasional 2022, penulis mencoba mengangkat sedikit ulasan mengenai Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan pengalaman sebagai orang tua ABK, serta informasi, sharing dan pengamatan dari berbagai nara sumber.
Hal utama yang diperlukan oleh ABK adalah penerimaan, khususnya penerimaan keluarga, terlebih khusus lagi kedua orang tua.
Banyak orang tua yang seringkali pada awalnya sulit menerima atau mengakui bahwa anaknya adalah ABK. Sulitnya penerimaan itu tercetus melalui pertanyaan-pertanyaan, seperti mengapa harus saya/anak saya yang mengalami?
Apa salah/dosa saya sehingga saya/ anak saya mengalaminya? Atau bisa pula sulitnya penerimaan itu muncul dalam bentuk denial (penyangkalan) yang menganggap bahwa anak baik-baik saja dan pada saatnya akan berkembang secara baik dengan sendirinya tanpa adanya bimbingan khusus.
Kondisi-kondisi di atas adalah hal wajar, namun bila terus berlarut maka anak sendirilah yang akan mengalami kerugian karena tidak tertangani oleh orang tua secara cepat dan tepat.
Penerimaan keluarga tidak hanya dibutuhkan dari orang tua tetapi juga dari anggota keluarga yang lain seperti kakek, nenek, paman atau bibi.
Hal ini diperlukan karena anak dalam kesehariannya tentu akan sering bertemu dengan anggota keluarga lainnya. Dalam sebuah grup media sosial yang penulis ikuti, banyak orang tua khususnya para ibu yang mengeluhkan tidak adanya penerimaan dari keluarga terhadap anak mereka yang ABK.