sebelum membaca tulisan ini, saya asumsikan anda sudah membaca berita terkait saham kosong freeport
Money atau sering kita sebut uang, mungkin dan sangat besar awalnya diciptakan oleh pemerintahan jaman dahulu dengan niat yang baik yaitu untuk memudahkan transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Niat itu kemudian setidaknya mengubah pola jual beli yang awalnya dengan cara barter. Namun, seiring perkembangan jaman, uang pun berubah, dari lembaran kertas dan kepingan koin yang nilainya di back-up oleh fundamental perekonomian suatu negara menjadi komoditas yang sebenarnya "aneh".
Salah satu permasalahan uang saat ini adalah penggunaannya yang sudah diluar dari tujuan transaksi "dagang" menjadi alat untuk semua transaksi. Untuk membunuh, korupsi, dan tujuan lainnya, maka uang dianggap paling tepat untuk merepresentasikan semua transaksi.
Berkaca pada buruknya tingkat korupsi di Indonesia dan korelasinya dengan tatanan pelaksanaan pemerintahan saat ini, penggunaan uang sebagai alat transaksi "dagang" di Indonesia telah meluas ke beberapa hal:
Pertama, uang menjadi komoditas untuk dukungan politik. Di Indonesia, banyak sudah orang asing berpendapat: u can buy everything with money, only in Indonesia. Perkataan ini tidak salah ! Jangankan untuk tujuan politik, untuk dukungan "pertemanan" saja anda butuh duit.
Dengan mengasumsikan apa yang dikatakan Menteri ESDM adalah benar, terkait kasus freeport saat ini yang "tidak menggoncangkan apa-apa dan siapa-siapa" tersebut, dan dengan melihat proses lobby-lobby dalam kasus tsb yang "tidak bisa dipercaya"... (sedikit ketawa), mungkinkah pelaku baru/koruptor baru yang baru mengenal uang bisa berbuat dan bertindak pada level itu? Jawabnya: check statement Adrian Napitupulu-Anggota DPR. Kasus ini bukan kasus korupsi yang tergolong biasa yang bisa dilakukan PNS golongan II. Jawabnya: bukan!
Logika berpikir tentang kasus ini adalah, apabila saham kosong yang 20% akhirnya diberikan kepada yang meminta dengan mencatut nama presiden dan wakil presiden, dan bila itu benar-benar terjadi, maka orang yang menerima saham kosong yang menerima untung berganda, sedangkan sejarah akan mencatat bahwa JOkowi adalah Tukang penjual bangsa. Tekhnik korupsi ini hampir mencakup semua jenis dan level korupsi yang ada, yaitu: korupsi kebijakan, korupsi politik, korupsi uang, korupsi kepercayaan..dst. Capek deh...
Kedua, uang adalah komoditas SEX. Uang sebagai komoditas sex sangat mudah dilogikakan. Dengan uang, anda bisa beli apa aja, beli pesawat pribadi dengan segala pengisinya, atau sekedar colek colek di pojok kota Jakarta, atau di tempat yang wow. Atau anda mungkin tertarik mencoba wanita dan gadis yang bertarif wow juga? jawabnya: with money you can....! Terungkapnya kasus Freeport yang sedang diramaikan orang orang, hanya berkutat pada kasus pencatutan nama Jokowi dan Saham kosong. Apakah tidak terpikir bahwa mungkin ada wanita2 cantik nan sexy terlibat didalamnya. Untuk apa seorang pria dewasa, posisi pejabat, punya jet pribadi tapi tidak ada bumbu bumbu wanita2 cantik? mungkinkah tidak ada yang terlibat?
Ketiga, uang adalah komoditas politik. Sejak seseorang ingin masuk kedunia politik, prinsipnya: no money, you dream only. Biaya untuk politik sangat banyak, mulai dari biaya promosi, biaya partai dan biaya mempertahankan posisi, sangatlah banyak. Tidak ada satu orangpun yang masuk dunia politik hanya modal dengkul, setidaknya uang untuk mempromosikan politikus tsb, walaupun besarannya sangat banyak. Kembali ke kasus pencatutan nama, konsekuensi kasus politik pada masa ini sangat banyak. bisa dibayangkan kalau para pencatut memimpin negeri ini secara mutlak, bukan hanya freeport mungkin yang akan dicatut, tapi kolor andapun mungkin akan dipatok...hahhaha...
Ngeri melihat negeri ini yang penuh kekotoran, tapi lebih ngeri lagi memikirkan, kenapa uang itu harus ada? dan kenapa otak kita selalu mikirin uang? Mungkinkan agama hanya tameng? dan Tuhan kita jadikan tukang cuci kotoran yang kita lakukan dengan menundukkan kepala 100 kali seminggu?
.......... LOST IDEAS.....