"Wuihhhh anak SCBD ni makannya pasti mewah-mewah!"
"Head to toe branded semua ini. Anak SCBD gitu lho!"
Dan masih banyak ungkapan lainnya yang mencirikan bahwa warga sebuah kawasan yang diklaim elit oleh warganet di media sosial akhir-akhir ini, tak lain dan tak bukan daerah perkantoran SCBD atau (Sudirman Central Business District).
Lokasi SCBD sangat strategis dan memiliki banyak akses dan mudah untuk dijangkau. Berseberangan dengan Gelora Bung Karno dan dapat ditempuh dari berbagai penjuru dengan berbagai moda transportasi semisal MRT, kendaraan pribadi, busway, bahkan ojek online sekali pun.
Kawasan elit ini sendiri dimiliki oleh taipan pengusaha Tionghoa yang melegenda yaitu Tomy Winata (atau biasa dipanggil TW).
Berbicara tentang SCBD, saya sendiri yang merupakan seorang pekerja kantoran di kawasan SCBD selama lebih dari 6 tahun, meski sekarang sudah pindah gedung kantor ke daerah lain, melihat ada beberapa hal yang alih-alih fakta sebenarnya justru menjadi sebuah fenomena yang banyak dibumbui hiperbola bahkan mitos semata.
Pertama, Pegawai Kantoran di SCBD Selalu Makan di Restoran Mewah
Ini adalah salah satu fenomena yang terlalu dilebih-lebihkan pertama yang sering saya temui ketika orang-orang berpikir tentang SCBD.
Padahal faktanya pekerja kantoran di SCBD yang seluas sekitar 45 hektar dan dibagi menjadi 25 lot ini berasal dari berbagai strata sosial dan juga latar belakang industri.
Memang tidak dipungkiri ada beberapa perusahaan besar dari sektor minyak dan gas, perbankan, FMCG, law firm, consulting yang berkantor pusat di kawasan ini. Tapi apakah benar semua pekerja kantoran tersebut setiap harinya membuang-buang uangnya untuk makan di restoran mewah yang bertebaran di SCBD?