Tak kenal maka tak sayang, begitulah kira-kira ungkapan yang sering kita dengar. Bahwa kita tidak bisa hanya melihat seseorang dari kejauhan lalu memberikan asumsi-asumsi terhadap orang tersebut.
Kehadiran sosial media semata tidak jua cukup untuk mengukur kapabilitas dan kapasitas seseorang apalagi terkait dalam sebuah kontestasi pemilihan ketua organisasi alumni sebuah perguruan tinggi negeri.
Oleh karena itulah, tim Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan Umum Ketua Ikatan Keluarga Politeknik Negeri Bandung atau dulunya bernama Politeknik ITB (IKA POLBAN-POLTEK ITB) yang menjadi perpanjangan tangan forum Musyawarah Mufakat Perwakilan Prodi (MMPP) membuat acara debat terbuka pada 20 November 2021 secara daring melalui aplikasi Zoom.
Kali ini ada empat kandidat yang maju dalam kontestasi ini yaitu sesuai nomor urut pemilu adalah Afrizal Faisal Ali dari Teknik Energi 2010, Liston S. Depari dari Teknik Refrigrasi dan Tata Udara 1999, Adi Budiman dari Teknik Elektro 1995, dan Aslam Katutu dari Teknik Sipil 1989.
Panelis debat kali ini terdiri dari lima orang yaitu Yoni Media Purwana dari Administrasi Niaga 1989, Iwan Ridwan dari Teknik Kimia 1996, Endang Darwati dari Teknik Listrik 2002, Aulia Deswara dari Keuangan Perbankan 2008 dan saya sendiri Adrian Chandra Faradhipta dari Akuntansi Manajemen Pemerintahan 2007. Debat sendiri dipandu oleh Kafiuddin dari Refrigrasi dan Tata Udara 1987.
Dari empat jam debat para calon tersebut saya merangkum uraian tentang interaksi dan jawaban para calon ketua umum IKA POLBAN-POLTEK ITB sebagai berikut:
Pertama, Afrizal Faisal Ali
Yang muda yang berkarya begitulah tagline yang digaungkan oleh kandidat paling muda dari keempat calon ketua umum ini.