Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata debat?
Ehmm asosiasi dominannya negatif? Chaos berujung baku hantam?
Padahal esensi debat adalah salah satu media untuk betukar pikiran dengan pihak-pihak berkepentingan sehingga diharapkan nantinya mendapatkan sebuah solusi ataupun kesepahaman atas berbagai hal, meski pada akhirnya akan dipilih satu keputusan, tapi setidaknya kita mengerti alasan mengapa para pihak mendukung mosi ataupun suatu ide dan gagasan dan bukan mustahil ide kedua belah pihak dapat diintegrasikan.
Bahkan dalam lomba perdebatan bonusnya bisa saja kita mendapatkan hadiah dan teman-teman dan jejaring dalam dunia debat.
Debat pun bermacam ragam ada ada debat akademis/debat konvensional, cross examination debate, dan juga debat parlementer yang biasa kita lihat di parlemen-parlemen dunia termasuk di Indonesia dalam berbagai kesempatan, berbeda dengan semisal Amerika Serikat dan Inggris yang pihak opisisi dan pemerintah menjadi jelas garisnya sehingga ketika berdebat pun akan ada pihak government/pemerintah atau biasa disebut juga affrimative dan oposisi/opposition atau penentang, di perpolitikan Indonesia terkadang garis oposisi dan pemerintah terkadang bias dan tidak jelas karena sistem multipartai yang kita anut.
Di media massa kita kerap menemukan debat seolah berujung menjadi debat kusir dan tidak jarang menjadi ajang menampilkan kebobrokan para peserta debat yang kerap tidak beretika dan tidak mengerti esensi dan aturan dalam debat, tak jarang juga bahkan menyerang fisik, padahal dalam praktik debat kita tidak diperkenankan menyerang personal seseorang, namun fokus pada mosi debat ataupun tindakan seseorang yang terkait.
Oleh karena itu saya rangkum setidaknya ada 4 etika berdebat yang mesti kita ingat dan dapat dipraktikkan dalam kehidpan sehari-hari
Pertama, Semua Pihak Harus Memahami dan Mematuhi Aturan Debat