Saya mau ketawa dulu sebelum menuliskan panjang lebar tentang hal serius ini "Hahaha," karena saya dititipi pesan untuk santai dalam merespon hehehe.
Mungkin bisa dianggap humor setelah saya menulis kata "Hahaha" oleh para pembaca kompasiana.
Oh ya tulisan ini saya dedikasikan untuk semua kompasianer dan siapa pun yang melihat fenomena kritik dan humor bisa jadi arena perisakan secara virtual secara tidak kasat mata, bahkan mengarah kepada tindakan "merendahkan."
Pernahkah kita merasa direndahkan hanya karena satu kalimat dan satu ekspresi dari rekan ataupun kolega kita?
Pernahkah kita merasa sakit hati hanya karena salah kaprah atas komentar seseorang di media sosial?
Atau mungkin kita benar-benar pernah dirisak oleh lingkungan kita secara fisik dan psikis sehingga menimbulkan trauma dalam diri kita?
Hal ekstrem bahkan ada sejumlah orang bahkan artis di Korea Selatan yang bunuh diri karena menanggung beban akibat risakan secara virtual oleh para pembencinya, padahal hal tersebut bagi sebagian orang hanya berbentuk "komentar pedas."
Lalu bagaimana dengan platform rumah besar kita bersama yaitu Kompasiana?
Ehm rona-ronanya mulai bermunculan berbagai artikel yang diklaim "humor" dan "kritik", namun terkadang secara implisit menyerang pribadi atau tulisan seseorang dengan alasan idealisme dan kepakaran.
Bedakan Kritik dan Risakan