Idul Fitri tentu menjadi momen yang selalu dinanti-nanti, karena hari itu adalah hari dimana kita dapat berkumpul dengan sanak famili sekaligus kembali mengeratkan tali silaturahmi.
Namun, Idul Fitri tahun ini kita masih berada di tengah pandemi sama seperti tahun sebelumnya maka kegiatan mudik dan juga berkunjung langsung bertatap muka dengan keluarga, tetangga, rekan kerja dan kolega harus dialihkan dalam bentuk daring atau online baik melalui video call ataupun menyapa melalui percakapan di grup dan juga voice call.
Memang komunikasi online tidak sama dengan bertemu langsung dan bertatap muka dengan mereka, tetapi itulah pilihan paling aman untuk bersilaturahmi di tengah pandemi kali ini.
Di dalam silaturahmi tantangan terberatnya adalah tetap menjaga lisan agar tidak saling menyakiti, karena salah-salah justru karena selip lidah silaturahmi justru bubar jalan.
Pertanyaan Pemutus Silaturahmi
Nah baik itu online maupun bertatap muka langsung, ternyata masih saja kita dihadapkan pada bejibun pertanyaan yang terkadang menyakitkan hati atau bahkan tanpa kita sadari kita sendiri yang mengajukan pertanyaan tersebut kepada orang lain, alhasil alih-alih mengeratkan silaturahmi karena silap lidah berujung pada meregangkan komunikasi.
Oleh karena itu, kita meski berhati-hati dan mawas diri untuk tidak menjadi pelaku "pemutus silaturahmi" tersebut, atau pun kita perlu menyikapi pertanyaan "sensitif" bahkan "nyinyir" dari keluarga, kenalan, atau pun kolega yang terkadang tidak terduga dan tidak memiliki etika.
Sebagai catatan kita perlu membatasi diri kita untuk tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat pribadi bahkan bisa dianggap tidak peka akan kondisi orang lain semisal pertanyaan terkait jodoh, pernikahan, gaji, karier, anak, dan hal-hal yang bersifat ranah privasi seseorang.
Kita jangan menjadikan ajang silaturahmi kesempatan berbasa-basi, namun dengan pertanyaan yang justru menyakitkan hati lawan bicara kita.
Contoh dari peristiwa tadi adalah semisal kita terus mengajukan pertanyaan tentang pernikahan kepada seorang perempuan anggota keluarga besar kita yang telah melajang bertahun-tahun, padahal orang tersebut telah jengah diberondong pertanyaan sama setiap tahunnya, padahal dia sudah berusaha mencari jodoh namun belum menemukannya, padahal dia sampai kena masalah mental karena selalu dituntut untuk menikah segera oleh hampir seluruh anggota keluarga lainnya.