Lihat ke Halaman Asli

Adrian Chandra Faradhipta

TERVERIFIKASI

Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

3 Bentuk Kemalasan yang Perlu Kita Latih Selama di Rumah Saja

Diperbarui: 1 Mei 2021   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi lemas ketika sedang puasa. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Praktis sudah lebih setahun pandemi Covid-19 melanda. Banyak dari kita yang terpaksa harus work from home atau bekerja dari rumah, membatasi diri kita beraktivitas di luar serta berinteraksi langsung dengan sesama.

Tanpa sadar gaya hidup dan kegiatan kita sehari-hari pun berubah seiring lamanya kita di rumah saja. Ada yang positif semisal mungkin pengeluaran kita berkurang karena praktis semua makanan dan minuman kita banyak disuplai dari rumah.

Meski sesekali juga bisa berbelanja secara daring, namun aktivitas nongkrong di caf untuk bersosialisasi hampir tidak pernah kita lakukan.

Di sisi lain kurangnya olah tubuh terutama di luar ruangan karena malas bergerak, menjadikan kita berisiko terpapar berbagai macam penyakit semisal obesitas, kurangnya paparan sinar matahari yang bermanfaat untuk pengubahan pro vitamin D menjadi vitamin D, stress, dan lain sebagainya.

Nah, namun jika dipelajari dari sekian banyak bentuk kemalasan selama di rumah saja ada lho yang bermanfaat dan positif untuk kita dan bahkan lebih jauh perlu kita latih dan tumbuhkan.  Apa aja itu? Yuk sama-sama kita kaji 3 kemalasan yang bermanfaat untuk diri kita selama di rumah saja.

Pertama, Malas untuk Membicarakan Orang Lain

Ilustrasi. Sumber: notablelife.com


Selama di rumah saja, praktis sosalisasi dan interaksi langsung kita dengan kolega kantor dan teman-teman kita semisal melalui kongkow-kongkow di caf atau kumpul-kumpul di pantry kantor selama pandemi nyaris nihil alias tidak pernah kita lakukan.

Disadari atau tidak sebenarnya keadaan tersebut ada manfaatnya juga, karena dengan begitu praktis kita semakin jarang mengobrol langsung dengan orang-orang lingkungan pertemanan kita dan juga kolega kita. Semakin sedikit intensitas bertemu langsung semakin sedikit juga peluang untuk membicarakan berbagai hal yang tidak bermanfaat termasuk membicarakan orang lain alias rumpi alias ghibah.

Membicarakan kehidupan dan lika-liku orang lain entah itu selebritas, tetangga, kenalan dan lain sebagainya sering terjadi ketika kita sudah berkumpul secara langsung dengan orang-orang yang satu frekuensi dengan kita, berbeda tentunya dengan bertemu dan berkomunikasi hanya melalui media sosial yang membatasi ruang gerak dan chemistry di antara kita.

Percaya atau tidak interaksi langsung lebih membuka jalan untuk kita terbawa suasana untuk membawa topik-topik pembicaraan terkait kehidupan orang lain, entah positif atau negatif maksudnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline