Banyak masyarakat yang lebih mengenal Kain Songket Palembang sebagai salah satu kerajinan tenun khas dari Sumatra Selatan. Benang emas dengan warna yang bermacam ragam membuat kesan mewah dan agung tersemat pada kain tenun ini.
Namun, tahukah kamu ada kain tenun asli Sumatra Selatan yang tidak kalah cantiknya dibanding kain Songket Palembang yaitu Kain Kawai Kanduk asli dari daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Kain Kawai Kanduk ini adalah sebuah kekayaan seni dan budaya serta wastra yang asli berasal dari Suku Daya (bukan Suku Dayak di Kalimantan) serta kerap dipakai dan ditemukan juga di Suku-suku Rumpun Seminung lainnya seperti Suku Ranau dan Suku Aji.
Saya yang memiliki darah asli Suku Daya sangat bangga mengenakan Kain Kawai Kanduk ini. Saya cukup sering mengenakan Kain Kawai Kanduk ini, untuk foto bersama keluarga, untuk mengikuti perlombaan duta pariwisata di Sumatra Selatan, bahkan saya sempat mengenakan Kain Kawai Kanduk ini di luar negeri ketika mengikuti pertukaran pemuda.
Mau tahu lebih mendalam tentang Kain Kawai Kanduk? Berikut informasinya.
Filosofi
Di ambil dari akar Suku Kata Bahasa Daya, Ka Wai atau Ke Sungai dan Kanduk dari asal kata Nduk artinya Ibu atau Nganduk artinya prosesi adat pengantin perempuan membersihkan diri. Maka kain atau seragam Kawai Kanduk, sejatinya adalah dua buah kain yang digunakan pengantin khususunya perempuan yang baru menikah untuk membersihkan diri di aliran sungai sebagai simbol pembersihan diri.
Kain Kanduk adalah kain yang digunakan di kepala pengantin sedangkan Kain Kawai adalah kain yang dikenakan di badan pengantin.
Dalam perkembangannya Kain Kawai Kanduk ini dijadikan sebagai seragam kebesaran untuk pengantin laki-laki dan perempuan pada adat Suku Daya.
Terkait motif dan pemakaian bahan banyak menggunakan bordiran benang emang dengan motif bunga-bunga serta salur-salur khas Suku Daya, warna aslinya lebih condong ke warna emas, warna merah marun, dan hitam yang melambangkan kebijaksanaan dan keberanian.