Lihat ke Halaman Asli

Adrian Chandra Faradhipta

TERVERIFIKASI

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

2 Alternatif Pembelajaran di Tengah Sulitnya Kuota, Gawai, dan/atau Sinyal

Diperbarui: 16 Agustus 2020   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sumber: cnnindonesia.com dari Antara Foto oleh Adeng Bustomi

Menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia ke-75, pemerintah melalui Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19, Erik Tohir mengungkapkan bahwa mereka sedang mengkaji untuk pemberian subsidi pulsa untuk kuota para peserta didik dan tenaga pendidik di seantero Indonesia. 

Hal yang tentu kita perlu apresiasi dan sikapi positif karena meski cukup terlambat setidaknya negara mulai memikirkan solusi dalam metode pembelajaran jarak jauh.

Namun, masalah sebenarnya tidak berhenti hanya sampai disitu, bagaimana dengan perangkat utamanya yaitu gawai? Masih sangat banyak kita temukan di media massa anak-anak yang tidak memiliki gawai untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi ini karena keterbatasan biaya. 

Bahkan ada yang harus bekerja jadi buruh bangunan hanya sekedar untuk membeli gawai tersebut ada juga yang rela menjual ayamnya untuk mendapatkan gawai yang sesuai untuk mendukung pembelajaran daring.

Di lain sisi bisa saja anak-anak memiliki kuota dan gawai, namun terkendala sinyal karena rumah yang berlokasi jauh dari keramainan dan jangkauan sinyal, sehingga menjadi percuma. Jika pun ada mereka harus menaiki bukit-bukit, berjalan berjam-jam dan lain sebagainya. Berisiko dan sangat melelahkan.

Kita ketahui bersama bahwa pembelajaran jarak jauh ini memang dilematis, karena ketidaksiapan serta juga disparitas pemerataan kualitas dan fasilitas pendidikan di seluruh Indonesia.

Benar pemerintah harus hadir dan turut bertanggungjawab dalam mengelola masalah pendidikan ini karena ini amanat dan undang-undang, namun kita dan unsur masyarakat lainnya organisasi, perangkat desa, aktivis pendidikan, orang tua dan lain sebagainya harus juga berperan aktif untuk mencarikan solusi.

Dua alternatif dan pemikiran ini bisa menjadi opsi yang bisa diterapkan di tengah kesulitan kuota, gawai dan sinyal.

Solusi pertama adalah dukungan optimal dari lingkungan terdekat.

Sempat heboh di lini masa bagaimana suatu desa memakai uang kas desa serta sumbangan warga yang memiliki kelebihan harta untuk dipakai membelikan kuota wifi gratis yang bisa dipakai oleh seluruh anak di desa itu khususnya untuk pembelajaran jarak jauh melalui sistem daring.

Ini suatu ide yang cerdas dan membuktikan sebenarnya masyarakat kita adalah masyarakat yang memiliki kesetiakawan sosial yang tinggi. Bentuk subsidi silang dari warga yang beprunya serta dibantu dana desa ini bisa menjadi model bagi kita untuk menerapkannya di lingkungan terdekat kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline