Lihat ke Halaman Asli

Adrian

Scifi, Cosmic, Tech Enthusiast, and all Nerdy stuff

Review The Black Phone, Horror yang Gak Horror dengan Alur Cerita Setengah Jadi

Diperbarui: 29 Juni 2022   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.thewrap.com

SPOILER ALERT !!! Buat kalian yang udah ada rencana mau nonton film ini, lebih baik skip aja tulisan ini ya.

Rilis pada 22 Juni 2022, Film yang diperankan aktor ternama Ethan Hawke ini cukup mengecewakan. Diangkat berdasarkan cerita pendek yang ditulis oleh Joe Hill dengan judul yang sama ini berhasil membuat saya kecewa dan tak menyangka bahwa Director seperti Scott Derrickson membuat Horror setengah jadi seperti ini. 

Sutradara yang dahulu berhasil membuat banyak film-film horror yang cukup memacu jantung seperti The Sinister, Poltergeist dan Hellraiser Inferno berakhir membuat Horror receh tanpa kejelasan.

Plot film ini cukup sederhana, mengisahkan cerita hilangnya beberapa anak di kota yang diculik oleh pria yang membawa Balon hitam. Padahal seharusnya keseluruhan film ini dapat berakhir sangat baik kalau saja cerita dapat dikembangkan lebih jauh.

https://horrorobsessive.com

Namun sayang, Akting Ethan Hawke dan  Madeleine McGraw yang cukup memukau malah berakhir sia-sia. Padahal dari trailer nya saja,terlihat bahwa film ini menarik dan seharusnya film ini dapat berakhir baik. 

Inti cerita ini kita hanya disuguhkan kisah cerita seorang anak yang selalu di Bully oleh teman-temannya dan malah berfokus pada cerita pelarian dan flashback singkat tanpa kejelasan dan alasan kenapa sang "Penculik" melakukan hal keji tersebut. Kita malah disibukkan dengan cerita Finney yang sibuk mencari jalan keluar dengan tambahan roh-roh hantu dengan make up seadanya.

Terlalu banyak Plothole pada film ini, mulai dari alasan kenapa ada Telfon di ruang bawah tanah itu, alasan kenapa hantu anak-anak korban penculikan itu lupa nama mereka dan yang terpenting, Motif dan alasan si Penculik menculik anak-anak tadi. Dialog dan kata-kata dari si Penculik yang seperti mengindikasikan dan menceritakan alasan ia menculik pun tak ada. 

Seperti seorang Sociopath yang random saja melakukan penculikan tanpa ada alasan, entah untuk memuaskan hasrat membunuhnya, atau meluapkan emosi nya. 1 jam saya menonton film ini mulai bertanya-tanya apa sebenarnya alasan si penculik ini, lalu kenapa ia menunjukkan belas kasih pada si Korban dan memutuskan untuk menculik mereka. 

Tapi hingga akhir film pun tidak ada penjelasan atau motif alasan dibalik si Penculik melakukan hal keji tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline