Seorang ibu ingin agar anaknya mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Maklum, dia adalah seorang janda, yang telah ditinggal mati suami sekitar 5 tahun lalu. Seorang diri dia harus mengurus 4 orang anaknya.
Kini keempat anaknya masih sekolah. Yang tertua masih duduk di bangku SLTA, sedangkan yang bungsu baru tahun kemarin masuk SD. Karena itulah, dia pergi ke RT untuk mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Dia merasa "surat sakti" itu dapat sedikit meringankan beban hidupnya.
Ketika ketua RT tahu bahwa anak-anaknya sekolah di sekolah swasta, ketua RT menolak untuk memberikan SKTM. Alasan ketua RT adalah bahwa yang sekolah di sekolah swasta adalah orang mampu. Beda dengan yang sekolah di sekolah negeri.
Logikanya kurang lebih begini: sekolah negeri gratis, sedangkan swasta bayar. Karena bayar uang sekolah, berarti mampu, sedangkan tidak bayar berarti tidak mampu.
Baca juga :Simak 7 Hal Ini Sebelum Anda Memilih Sekolah Swasta Terbaik untuk Ananda Tercinta
Dengan perasaan sedih, ibu itu pulang kembali ke rumah. Dengan terpaksa dia menguburkan mimpinya akan KIP bagi anak-anaknya. Mau tak mau dia harus bekerja lebih keras lagi agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan. Dia tak mau anak-anaknya putus sekolah.
Kisah di atas sungguh menyedihkan sekaligus memprihatinkan. Menyedihkan karena ketidak-adilan berperan bagi tumbuh suburnya kemiskinan, dan yang menyebabkan ketidak-adilan itu justru berasal dari aparat yang seharusnya berperan dalam mengentaskan orang miskin.
Dari kisah di atas terlihat ada kekeliruan cara berpikir. Ada pendapat bahwa yang bersekolah di sekolah swasta berarti mampu secara ekonomi, padahal belumlah tentu demikian. Ada banyak faktor kenapa orang bersekolah di sekolah swasta, termasuk anak-anak ibu tadi.
- Sekolah negeri tak mampu menampung semua anak sekolah.
Tentu kita ingat persoalan yang selalu muncul di awal tahun ajaran, saat dimulai penerimaan siswa baru. Selalu terjadi keributan.
Akar keributan adalah tidak dapatnya kesempatan untuk diterima di sekolah negeri. Hal ini dapat dimaklumi karena kapasitas kelas terbatas. Karena itulah, yang tidak dapat di negeri, terpaksa masuk sekolah swasta.
Baca juga : Derita Sekolah Swasta di Tengah Himpitan Ekonomi Keluarga