Berkaca pada diri sendiri, pada pengalaman sendiri. Karena memang benarlah peribahasa itu. Semut diseberang tampak sementara gajah didepan mata tak tampak. Memang seperti itulah sifat, atau mungkin fitrah manusia. Selalu menjadi penilai terbaik bagi manusia lain. Seperti aku, yang selalu merasa bahwa merekalah sebab dari masalahku. Padahal kenapa aku ada, aku terlibat di masalah itu. Apa bukan karna ada andilku disitu.
Aku bahkan belum menemukan jawaban, menemukan cara berpikir dan bersikap yang baik, ketika seorang muslim menghina seorang kristen, dan sebaliknya, atau agama apapun itu. Merasa agamanya paling benar, tapi tak menjelaskannya secara ahsan, cenderung memaki dan sombong. Padahal bukan seperti itu agama mengajarkan kita.
Aku pun kadang geram, amarah, lepas begitu saja apabila seseorang itu bersalah/tersalah, sengaja atau tidak, lantas berkomentar yang kalau itu ditujukan padaku mungkin aku akan sakit hati dan mengingatnya terus-menerus.
Sungguh, aku sendiri belum bisa, tidak bisa menyalahkan orang lain atas sikapnya, tindakannya, pemahamannya saat itu, karena bisa saja, besok, lusa, dia akan menyadari kekhilafannya.
Dan aku, saat ini, hanya ingin belajar menjaga hatiku, lisanku, pikiranku, untuk tidak berpikiran buruk, berkata-kata dan bertindak buruk karena sesungguhnya yang susah itu bukan membalas kebaikan dengan kebaikan, tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H