Lihat ke Halaman Asli

Surat untuk Pak Dahlan Iskan

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apa kabar, pak? Saya pelanggan Jawa Pos online dan pembeli buku-buku bapak. Saya suka gaya bapak. Tetap energik dan semangat pada usia bapak seakan punya hati usia 20an tahun. Semoga bapak sehat selalu.

Pak, seperti bapak, saya juga benci rokok. Bapak saya perokok puluhan tahun dan ibu saya meninggal karena kanker paru. Entah apa hubungannya tapi yang penting hampir seluruh keluarga besar saya (suami, ipar) bukan perokok. Anti rokok.

Saya sangat suka gaya bapak. Waktu saya jadi karyawan swasta dan punya beberapa urusan pekerjaan terkait dengan Kantor PLN di Surabaya, waouw! Berubah jadi tertib, helpful dan bersih banget, bebas asap rokok. Pasti karena komandannya baru. Sopo maneh lek ga Dahlan Iskan? Hehe… karyawan pemungut puntung rokok pun ketiban rejeki, insentif Rp1.000,-/puntung rokok.

Demikian halnya penertiban di lingkungan PT KAI dan stasiun serta kereta api. Bersih, nyaman.

Pun saya sangat salut luar biasa ketika bapak harus memunguti sampah di bandara Soe-Hat, yang kebanyakan adalah puntung rokok. Merokok sembarang tempat memang menyusahkan, pak. Menertibkan penumpang memang susah, tapi menertibkan karyawan bandara yang ruang kantornya ber-AC, sama saja susahnya ternyata ya? Mungkin baru sedikit berubah ketika bapak sidak dan semoga hari-hari ini mereka tidak “hore-hore” karena menterinya nanti mungkin sudah bukan bapak lagi.

Besar harapan saya, ruang direksi dan ruang-ruang rapat BUMN tidak akan kembali seperti semula dgn penuhnya asbak, siapapun menterinya nanti. Semua karena kesadaran mereka sendiri akan arti kesehatan.

Dan saya juga berharap saat-saat ini bapak berkenan meluangkan waktu untuk mengunjungi seluruh ruang kantor di Graha Pena untuk memastikan apakah sudah bebas asap rokok? Karena kemarin Rabu siang saya ke kantor Graha Pena (gedung belakang), asap rokok mengepul sejak dari pintu masuk memenuhi ruang lobby-nya. Menyesakkan dada dan bikin sepet mata. Saya cari sumbernya ternyata dari beberapa pria pengunjung café di bagian atas/balkon itu pak (atas bank/grapari).

Entah kalau ruang-ruang lain. Menurut saya kalau ruang publiknya demikian, pastilah ruang-ruang yang "tidak nampak publik" juga serupa.

Pangapunten sing kathah pak, saya terpaksa menulis surat terbuka ini karena kemungkinan besar akan sering ada urusan ke kantor Graha Pena dan ga nerimo kalau harus jadi perokok pasif. Dan tentunya dengan pertimbangan ruang cafe di beberapa mall seperti Plaza Marina saja sudah menyatakan larangan merokok bagi pengunjung dan karyawannya dan tetap ramai.

Matur nuwun, pak! Mugi-mugi Tuhan senantiasa memberkati bapak dan keluarga. Amin!

Sumber berita :

http://dahlaniskan.wordpress.com/2011/12/12/kursi-feodal-bertabur-puntung-rokok/

http://www.kompak.co/news-update/90-persen-sampah-putung-rokok-dahlan-iskan-tegur-petugas/

https://id.berita.yahoo.com/dahlan-kereta-bebas-asap-rokok-dirut-kai-juga-101123527.html

http://finance.detik.com/read/2010/09/16/162811/1441882/68/dahlan-iskan-kasih-rp-1000-ke-karyawan-yang-pungut-puntung-rokok

http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/05/18/hubungan-jatuhnya-sukhoi-sidak-dahlan-iskan-ke-atc-dan-kebiasaan-merokok/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline