Terpaksa saya harus jengkel dengan porter bandara. Sempat mengancam tidak memberikan fee. Alasannya? Bagi orang lain mungkin terlihat sepele, tapi tidak bagi saya. Tidak seperti biasanya saya menyambut tawaran porter mengurus bagasi dan check-in. Pesan saya minta tempat duduk di jendela. Ternyata lembar boarding pass yang saya terima tercantum huruf “B”. Berarti bukan di jendela. Inilah yang menjadi alasan kejengkel-an tadi. Karena tidak sesuai perjanjian saya kasih pilihan, tukar kembali sesuai permintaan saya atau tidak bayar fee. Akhirnya dengan setengah bersungut-sungut sang porter tukar boarding pass, saya pun dengan bersungut-sungut juga memberikan fee.
Memilih tidur saat menikmati penerbangan baik singkat maupun panjang kerap menjadi pilihan. Bahkan ada yang menilai bagus atau tidaknya airline dari nyenyak atau tidak-nya menikmati tidur. “Males naik (sebut nama airline) lagi lain kali. Gue ngga bisa tidur”. Yeee....ngga bisa tidur kog nyalahi airline sich...hahaha...kocak ah.
Menikmati hiburan selama penerbangan, pilihan lain. Biasanya di miliki maskapai full service. Masing-masing tempat duduk memiliki layar pribadi di mana bisa memilih film, music, atau hiburan lain selama penerbangan.
Ada juga yang memilih mengaktifkan notebook, setelah diizinkan awak pesawat. Selama penerbangan asyik berkutat dengan perangkatnya. Entah berkaitan pekerjaan atau lain-lain.
Banyak yang bisa kita lakukan selama penerbangan. Agak berbeda dari yang lain, saya biasanya memilih motret. Sejak waktu boarding kamera sudah siap di tangan. Kebetulan suka dengan obyek pesawat, saat berjalan menuju pesawat jika tidak melalui garbarata, kesempatan untuk ambil foto obyek pesawat yang menurut saya menarik.
Setelah di dalam pesawat kamera masuk tas? Pasti tidak. Sejak take off kamera sudah on dan siap di gunakan, sampai tiba di ruang tunggu kedatangan bandara tujuan. Saya bukan fotografer. Foto hanya hobi saja. Salah satu obyek foto yang saya minati adalah landscape atau pemandangan.
Saat tinggal landas dan mendarat biasanya akan banyak momen bagus pemandangan yang layak direkam di memori kamera. Selama penerbangan, tentu tidak sekadar suguhan awan semata. Akan banyak yang justru di luar dugaan pemandangan cantik. Begitu saya dilewati.
Lho bukannya selama penerbangan ngga boleh foto? Ah siapa bilang. Kecuali foto awak pesawat tanpa permisi. Wajar awak pesawat yang merasa privacy-nya terusik jika tiba-tiba tahu dirinya foto. Lalu minta di hapus. Urusannya bukan aturan tapi etika.
Bukannya ada pengumuman jelang take off atau landing semua perangkat elektronik harus dimatikan termasuk kamera? Betul. Pertanyaannya apakah kamera dianggap perangkat elektronik yang wajib di off-kan? Ternyata beberapa airline tidak seragam. Seorang awak pesawat pernah minta agar saya mematikan kamera saat jelang mendarat di bandara Sam Ratulangi, Manado. Namun pernah juga awak pesawat yang tempat duduk persis di depan saya, jelang take off, mendiamkan saat yang memencet tombol shutter.
Jadi gimana, boleh ngga aktifkan kamera terutama jelang take off atau landing? Saya pasti ikut aturan. Kalau memang sepakat tidak boleh, baiklah saya tidak meng-on-kan kamera. Ketimbang urusannya panjang karena dianggap melanggar aturan.
Traveling-moto-nulis, adalah hobi yang saya sukai dan lakukan sampai sekarang. Berkeyakinan negeri tercinta ini sangat eksotis. Selalu tertantang untuk bersaksi, membuktikan betapa eksotiknya negeri ini, melalui hasil jepretan dari sudut yang lain. Foto dari atas tidak jarang menyajikan pemandangan yang takjub. Tidak jarang “mengejutkan”.
Sayangnya foto dari pesawat lebih bisa optimal jika dilakukan saat terbang siang. Karena keterbatasan fitur kamera sangat sulit. Kecil kemungkinan mendapatkan hasil yang tajam. Padahal saat take off atau jelang landing, pesona lampu sangat indah.
Bisa dimaklumi bukan jika saya jengkel sama porter tadi yang kasih seat di nomor “B”. Berarti saya tidak leluasa motret di luar. Barangkali porter tadi baru sekali ini ketemu calon penumpang yang ngotot macam saya ini. Agar kejadian menjengkelkan tadi tidak terulang lagi, lebih baik urus check in sendiri.
“Minta 5 baris dari belakang deretan A atau F. terserah nomornya berapa,” pinta saya kepada petugas check in setiap kali akan terbang. Tergantung tujuan dan arah pesawatnya juga. Nomor A atau F biasanya sudah hapal pesawat yang digunakan jenis Boeing 737 yang formasi seat-nya 3-3.
Kenapa selalu milih 5 baris dari belakang? Supaya tidak terhalang sayap pesawat saat motret. Memang tidak selalu dapat sich 5 baris dari belakang. Biasanya saya pilih 4 atau 3 atau 2 baris dari belakang. Masih memungkinkan ambil foto selama penerbangan. Foto-foto di-share adalah di ambil dari seat pilihan tadi. Salam Indonesia Indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H