Momen memasuki tahun baru kerap di iringi pertanyaan mau tahun baru-an dimana? Untuk saya pribadi tidak perlu pikir panjang lagi.Sudah menjadi tradisi melewati akhir tahun di PulauPramuka.Mengakhiri tahun 2016 dan menyambut 2017 menjadi yang ke-sembilan kalinya disini secara konsisten tanpa putus.Luarbiasa..!! respon seorang rekan. Ah biasaaja, sahutku. Betah banget tahun baru-an disana, yang menarik apa sich? Tanya rekan lain.
“gambling”
Ingatan hampir 14 tahun lalu tepatnya Agustus 2003, pertama kali menginjak di Pulau Pramuka masih terasa melekat erat.Pulau inilah yang pertama kali aku datangi di antara 200 lebih pulau-pulau gugusan Kepulauan Seribu.Tujuannya waktu itu ingin mencari nuansa pulau, pantai, sebagai obyek foto. Bosan moto pantai yang itu-itu saja di Jakarta. Kepingin mencari nuansa lain. Melirik ke pantai selatan di Jawa Barat, ah kayaknya jauh ya.Kepingin cari yang dekat dari Jakarta. Mendapat saran cobalah ke Pulau Pramuka kalau belum pernah. Wah dimana tuch?
Berbekal lnformasi yang masih minim, akses informasi via media sosial, mesin pencarian online juga masih terbatas, Hanya berbekal informasi cara menuju kesana. Berangkat dari mana, naik kapal apa, menjumpai siapa disana, berapa perkiraan biaya, hanya informasi itu saja. Siap-siap gambling.Maksudnya, karena belum pernah jika pulaunya oke akan dating lagi, jika sebaliknya cukup sekali ini saja.
Akhirnya setelah melewati petualangan kecil di Pulau Pramuka, jujur setulusnya mengatakan SUKA dengan pulau ini.
Gimana ngga suka, begitu turun dari kapal langsung mendapat suguhan laut biru nan bening di dermaga-nya. Sesuatu yang sangat langka.Selama ini Cuma lihat laut keruh penuh pencemaran. Perjalanan cuma sekitar 2 jam dari dermaga kapal kayu Muara Angke. Biaya-nya pun terjangkau.
Maunya waktu itu nginap.Sudah nyebrang pulau kog ngga nginap sich.Pertanyaannya nginap dimana? Berapa per malamnnya?Oke ngga kamarnya?Ooo…ternyata waktu itu sudah ada penginapan yang sederhana namun lebih dari cukup untuk di sebuah pulau.Letaknya tidak jauh dari dermaga pulau yang menghadap arah barat.Yang bikin surprise letak penginapan langsung menghadap laut.Harganya ngga mahal. Biasanya hotel yang kamarnya menghadap pantai lebih mahal di banding kamar menghadap taman atau jalan raya. Terbayang begitu bangun tidur langsung mendapat suguhan biru laut. Bisa mendengar langsung suara kapal nelayan ukuran kecil yang melintas. Ngga bising malah menjadi suara khas di pulau.
Gimana untuk makan? Khan penting tuch urusan perut satu ini. Ternyata ada warung makan sederhana, bukan restoran, dengan harga ngga beda jika makan di Jakarta. Padahal bayangan sebelumnya kalau harga di pulau pasti lebih mahal.
Waktu itu belum sadar kalau Pulau Pramuka adalah ibukota Kep Seribu.Luasnya sekitar 335.000, termasuk kecil. Konturnya jika di foto dari atas lonjong.Untuk keliling pulau jalan kaki sejam sudah cukup.
Jaraknya dari Jakarta, Marina Ancol, Muara Angke, sekitar 50 kilometer. Jika naik kapal cepat (spead boat) kurang lebih sejam. Jika memilih naik kapal kayu yang biasa menjadi transortasi warga ke darat bolak balik, sekitar 2 jam. Tergantung ombak dan cuaca juga.
Jika melihat peta doeloe, sulit menemukan nama Pulau Pramuka. Adanya pulau Elang. Info-nya dulu tempat habitat burung Elang. Yang kemudian sekarang ini tidak bisa berjumpa. Kenapa di sebut “Pramuka”, lagi-lagi info yang saya terima dulunya sering di adakan kegiatan kepanduan warga pulau di sini.