Lihat ke Halaman Asli

Setelah Lulus, Lalu Kemana?

Diperbarui: 3 Mei 2017   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertepatan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017, kelulusan Ujian Nasional tingkat SMA sederajat diumumkan baik secara online maupun offline.  Tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena hasil UN yang diumumkam, tergolong menjadi pelengkap saja, karena ketentuan kelulusan tergantung pada sekolah, tidak seperti tahun sebelumnya UN menjadi sebuah momok yang menakutkan karena sekolah tiga tahun hanya ditentukan selama 3 hari saja.

Senang dan gembira akan terpancar dari wajah mereka yang lulus, dan bahkan kegembiraan itu disalurkan lewat aksi corat coret di baju dan parade jalan raya. Tentu cukup banyak diantara mereka sudah sedang bersiap-siap melanjutkan langkah ke perguruan tinggi favorit. Atau sebagian lainnya menyiapkan diri untuk bertarung mencari pekerjaan. Apapun pilihannya, pertanyaannya adalah apakah sudah siap, mantap dan bulat untuk menjalani pilihan berikutnya? Kalau sudah siap, seperti apa pemahaman para siswa terhadap pilihan mereka?

Cita-cita, Harapan dan Kenyataan

Orangtua dan anak tentu bercita-cita mendapatkan masa depan yang baik kelak. Harapannya, semakin tinggi sekolah, tentu semakin besar peluang keberhasilan dalam mencari pekerjaan kelak. Bahkan cukup banyak orangtua rela berkorban banyak (puluhan bahkan ratusan juta rupiah) untuk agar supaya anaknya bisa mendapatkan jatah masuk pns, TNI, Polri. Demikian juga untuk masuk ke perguruan tinggi, orang tua dan anak rela mengeluarkan banyak uang agar bisa masuk ke perguruan tinggi favorit.

Setelah selesai sekolah,  anak akan masuk bursa kerja. Hanya segelintir yang mendapatkan tempat kerja yang nyaman. Sebagian besar akan masuk dalam lingkaran pekerja dengan gaji pas-pas-an. Bahkan yang masuk pns, tni dan polri, dengan berkorban besar terlebih dahulu, mendapatkan ketimpangan antara uang yang sudah keluar dan gaji yang diterima setiap bulannya. Berbeda antara cita-cita, harapan dan kenyataan.

Dimana letak kekacauan ini? Di satu sisi, pemerintah telah berupaya memajukan mutu pendidikan dari tahun ke tahun. Para siswa pun telah berusaha sedemikian rupa mendapatkan kelulusan dengan nilai terbaik, mencari perguruan tinggi terbaik dan menyelesaikan studinya dalam waktu tercepat. Namun tuntutan dunia kerja, sangat jauh berbeda dengan pendidikan yang sudah ditempuh. Dunia kerja membutuhkan skil/ ketrampilan, daya saing dan kreativitas yang tinggi, kebutuhan ini tidak didapatkan anak-anak di bangku sekolah.

Apa Saja yang Dibutuhkan Dunia Kerja

Bagi siswa yang setelah tamat SMA, ingin langsung kerja, maka lakukanlah beberapa persiapan seperti memiliki beberapa ketrampilan baik itu komputer, ketrampilan minimal berbahasa inggris, ketrampilan mengemudi roda empat, ketrampilan administrasi, dan kesiapan mental sebagai pekerja. Bagi yang melanjutkan ke perguruan tinggi, selain ketrampilan-ketrampilan yang sudah disebutkan, kiranya profesionalisme disiplin ilmu di perguruan tinggi merupakan ketrampilan utama.

Bagi orang tua, dukunglah anak agar juga memiliki ketrampilan-ketrampilan tersebut. Kalau rela mengeluarkan sejumlah besar uang agar anak masuk dengan mulus  ke perguruan tinggi favorit, atau masuk pns, tni dan polri, alangkah lebih baik mendorong anak untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan memberi mereka bantuan modal kerja.

Kiranya sumbangsaran ini akan melengkapi evoria kelulusan yang sedang dirasakan anak-anak saat ini : setelah lulus, lalu kemana?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline