Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Membedah Motivasi Nasabah yang Rela Umur Habis di Jalanan, Demi Cicilan Rumah dan Kendaraan

Diperbarui: 19 Maret 2023   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah penumpang berada di dalam rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Manggarai. Foto: Antara foto/Apriliio Akbar via kompas.com

Just Sharing....

Beberapa hari lalu saya ketemu sepasang suami istri. Usia mereka masih relatif muda. 

Sang suami, sebut saja namanya Kevin, bekerja sebagai satpam di sebuah bank asing yang berkantor di Indonesia. Istrinya menjabat kepala bagian yang menangani administrasi di perusahaan percetakan. 

Mereka adalah nasabah di kantor. Beberapa kali pegawai mendatangi rumah mereka terkait cicilan yang sudah lewat JT (jatuh tempo) namun sulit bertatap muka. 

Kondisi rumah selalu kosong. Dari laporan yang terbaca, sekali dua kali petugas hanya bertemu seorang wanita, pembantu di rumah mereka. 

" Kami kerja Pak, pergi pagi jam 7 pulang malam jam 9. Anak - anak ditipkan ke rumah tampung," demikian kata Pak Kevin.

Bila ditotal dalam satu hari, mereka menghabiskan 12 jam hingga 14 jam di luar rumah. 

Waktu kerja memang hanya 8 jam, namun transportasi pulang pergi dari rumah ke kantor ditambah kemacetan di jalan cukup menguras waktu juga fisik. 

Tiga tahun lalu, mereka memutuskan untuk kredit KPR hunian di sebuah wilayah yang cukup jauh dari tempat bekerja. Jaraknya kurang lebih 50 km. 

Apalah daya karena harga tanah di tengah kota sangat mahal sehingga DP  untuk kredit rumah lebih mahal dibanding KPR di pinggiran kota. Pilihan akhirnya pada cicilan yang lebih murah meski jangka waktunya 20 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline