Just Sharing....
Beberapa hari lalu saya ketemu sepasang suami istri. Usia mereka masih relatif muda.
Sang suami, sebut saja namanya Kevin, bekerja sebagai satpam di sebuah bank asing yang berkantor di Indonesia. Istrinya menjabat kepala bagian yang menangani administrasi di perusahaan percetakan.
Mereka adalah nasabah di kantor. Beberapa kali pegawai mendatangi rumah mereka terkait cicilan yang sudah lewat JT (jatuh tempo) namun sulit bertatap muka.
Kondisi rumah selalu kosong. Dari laporan yang terbaca, sekali dua kali petugas hanya bertemu seorang wanita, pembantu di rumah mereka.
" Kami kerja Pak, pergi pagi jam 7 pulang malam jam 9. Anak - anak ditipkan ke rumah tampung," demikian kata Pak Kevin.
Bila ditotal dalam satu hari, mereka menghabiskan 12 jam hingga 14 jam di luar rumah.
Waktu kerja memang hanya 8 jam, namun transportasi pulang pergi dari rumah ke kantor ditambah kemacetan di jalan cukup menguras waktu juga fisik.
Tiga tahun lalu, mereka memutuskan untuk kredit KPR hunian di sebuah wilayah yang cukup jauh dari tempat bekerja. Jaraknya kurang lebih 50 km.
Apalah daya karena harga tanah di tengah kota sangat mahal sehingga DP untuk kredit rumah lebih mahal dibanding KPR di pinggiran kota. Pilihan akhirnya pada cicilan yang lebih murah meski jangka waktunya 20 tahun.