Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Cukupkah Edukasi Finansial dengan Hanya Mengajari Anak Menabung?

Diperbarui: 26 Mei 2022   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menabung (Sumber: kompas.com/Andreas Lukas Altobeli)

Just Sharing.....

Terkenang sewaktu duduk di kelas satu SMP alias kelas tujuh, guru Bahasa Indonesia saya mengajak untuk ikut lomba baca puisi tingkat remaja sekotamadya. 

Lomba itu diinisiasi oleh Bank Indonesia yang berkantor di ibu kota provinsi dalam rangka memperingati ulang tahun berdirinya institusi milik negara itu. Temanya adalah menabung, mengajak anak dan remaja giat menabung sedari kecil. 

Meski tidak keluar sebagai juara, namun ada pembelajaran soal tabung-menabung yang tertanam di memori. Tentu kita yang dulunya siswa sekolah pun mahfum dengan peribahasa besar pasak daripada tiang. 

Realitanya walau celengan ayam dan celengan kaleng menemani sejak mulai SD, tapi setelah dewasa, bekerja kemudian menikah, angka kredit macet dan kasus utang piutang menjadi masalah finansial yang ditemui saat ini. 

Dan pareto penyebab terbesar bila dibedah kasus-kasus yang ada adalah miss cashflow alias salah pengelolaan dana. Uangnya ada namun tak terbayar tapi diutamakan buat yang lain. 

Karena bila uangnya tak ada, tak mungkin bisa makan, beli pulsa, beli paket data, beli bahan bakar kendaraan, bayar listrik dan bayar air, beli sabun beli odol, dan lain-lain. Nah lho. 

Lalu apa kaitannya dengan ajaran dan ajakan menabung sejak usia dini oleh para orang tua, guru dan kampanye oleh lembaga keuangan milik negara dengan kasus kredit macet dan divisi penagihan yang mesti ekstra waktu untuk mengingatkan bahkan mengunjungi? 

Karena nasabah-nasabah yang bermasalah dan menunggak ini adalah mereka-mereka yang dulunya anak sekolah yang didoktrin untuk giat menabung. 

Perlu diketahui, batasan usia maksimal yang boleh diberi pinjaman adalah 55 tahun. Hitung mundur ke tahun lahir berarti tahun sekarang dikurangi usia nasabah. Minimal adalah kelahiran 1967. Bila lahir usia segitu, SD-nya sekitar tahun 1975. 

Realitanya prosentase terbesar database nasabah ada di kelahiran 1970-an hingga 1990-an. Bisa tebak sendiri mereka TK hingga SMU di kisaran tahun berapa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline