Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Media Online dalam Media Sosial, Mencerahkan Netizen atau Memecah Belah?

Diperbarui: 29 Maret 2022   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hanya coretan ringan dari warung pinggir pantai....

Duduk di tepi pantai sembari menikmati segelas kopi atau teh, bisa jadi mengisi kembali energi dan fokus. Biasanya sebagian orang akan membuka gawai dan menikmati juga beraneka berita dari media online dalam versi medsos. 

Hari - hari harimau. Mungkin kiasan ini rasanya berlebihan tapi memang agak mengkuatirkan bila menjadi penikmat informasi via media online berbalut media sosial. Padahal sejumlah media online ini berafiliasi dengan media utama yang dikenal publik. 

Beberapa minggu mengulik lapak berita lewat FB, twitter juga instagram, ada dua warna di dalamnya. Berita-berita seputar artis berubah keyakinan, IKN, Jokowi dan isu tiga periode kepemimpinan, Mbak Rara si pawang hujan Mandalika, hingga yang lagi viral seorang ustad mengharamkan kerja di pabrik rokok. 

Di satu sisi memberi kemudahan dan kepraktisan bisa dikonsumsi hanya dengan sekali klik, namun mengandung resiko di balik itu. Tak ada batasan terkait unggahan dan juga komentar pembaca yang tanpa kontrol. 

Ibarat membuat rujak, media sosial milik media arus utama ini hanya menyediakan dan melempar beraneka buah. Tak lupa bumbu kacang, gula jawa, gula putih dan cabe level berapa pun tersedia. 

Melempar berita dengan judul yang dikreasikan sepanas mungkin demi mengaduk-aduk emosi dan mindset pembaca. Persis kayak abang tukang rujak. Mau yang manis, yang asem, sedikit asin atau yang pedes level 30 sampe bikin bibir dower terserah Anda. 

Atau dalam analogi yang mirip, gue sediakan ring tinju, pembaca berantem sendiri dah. Babak belur komentar, cakar-cakaran, jambak-jambakkan, suka-suka kalian dah. Gue nonton dan nikmati permainan kalian wahai para follower ku di FB, twitter atau instagram.

Sebenarnya, fungsi media juga bisa menyaring opini dan respon dari masyarakat terkait sebuah isu atau kebijakan. Dan itu mungkin diharapkan juga dari masukan dan komentar dimana warga bisa bersuara dalam tanda petik. Tak beda jauh dengan melakukan sebuah proyek survei atau sebuah polling. 

Namun manakala itu menyebabkan sebuah friksi hingga saling caci dan maaf, kata-kata yang ibaratnya kebun binatang, akan menjadi tak nyaman bagi pembaca lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline