Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Rempeyek Kacang "Pencitraan" Gara-Gara Minyak Goreng Langka

Diperbarui: 9 Februari 2022   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Just Sharing....

Tiga hari lalu, kepengen banget makan rempeyek. Paling suka rempeyek kacang tanah. Meski ada juga rempeyek toping ikan teri ato udang, tapi kacang tanah tetap favorit bagi kebanyakkan orang. 

Selain sebagai cemilan, rempeyek bisa juga jadi teman makan nasi campur, bakso, soto, dan beraneka makanan berat lainnya. Dikirim ke saudara atau relasi juga boleh sebagai oleh- oleh. 

Rindu akan sensasi krenyek krenyek potongan peyek kacang itu membawa langkahku menuju ke sebuah warung tetangga. Biasanya beli di sini. 

Namun setelah kutengok di etalase, lho kok kosong melompong. Ini apa lagi mudik Si Peyek nya padahal lebaran masih beberapa bulan lagi. Alah, hehe. 

" Kok kosong Bu peyeknya?" tanyaku pada si pemilik kios, seorang Ibu berusia 61 tahun. 

" Jangankan peyek, konco- konconya juga lenyap," jawab si ibu dengan logat medok khas Jawa.

Sudah hampir tiga minggu penyalur yang juga pelaku mikro usaha rumahan sejumlah cemilan yang dipajang di warungnya ngga datang mengantarkan titipan. 

Dari pelaku usaha kecil inilah pemilik kios memperoleh rempeyek kacang, keripik pisang, kerupuk goreng, renggingan dan lain-lainnya untuk dijual kembali. Sistem nya konsinyasi gitu. Kalo habis baru dibayar. 

" Coba Mas bantu telpon ya, itu nomor HP nya ada di bungkusnya, mata ibu ngga bisa baca saking kecil tulisannya, " kata si pemilik lalu menyerahkan HP lawas poliponik miliknya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline