"Demikian janji ini saya ucapkan pada Hari Minggu, 15 Januari 1978, jam 23.00 WIB di tepi Pantai Ancol..."
Propinsi Papua dulunya bernama Irian Jaya, sebelum pemberlakuan otonomi khusus di tahun 2001 yang pada akhirnya terbagi jadi 2 propinsi yakni Papua Barat dan Papua.
Ditahun 70 an hingga 80 an, kedua daerah ini bukanlah wilayah propinsi yang menjanjikan secara kenyamanan hidup dan fasilitas.
Terlebih bagi seorang Dokter, salah satu profesi mulia berbiaya mahal di negeri ini. Namun seorang anak muda era itu bernama Tigor Silaban, membuat janji dan tekad untuk mengabdikan dirinya.
Menempuh episode perjalanan kehidupannya ke medan tempur. Bukan bertempur dengan senjata, tapi melawan ketertinggalan, kesulitan hidup, budaya dan warga yang asing baginya karena dia bukan asli orang sana.
Dia jelas bukan anak sembarangan. Latar belakangnya terpandang. Dari keluarga berpendidikan.
Papanya Frederich Silaban adalah seorang Arsitek besar yang merancang Masjid Istiqlal Jakarta. Bangunan megah di ibukota negera, simbol religi di negeri ini. Meski keluarganya bukan seorang muslim.
Saya membayangkan bagaimana mulia dan tulusnya orang -orang besar di jaman dulu. Mereka hanya berpikir bagaimana membangun peradabadan dan memajukan negara.
Membawa masyarakat pada tatanan baru yang lebih sejahtera, tanpa kepentingan tanpa konflik. Hanya untuk NKRI.
Mungkin itulah yang melatari mengapa seorang Tigor Silaban muda, yang baru saja menyelesaikan pendidikan kedokterannya di UI (Universitas Indonesia) dan sementara bertugas sebagai dokter muda di BUMN Pertamina, bikin janji pada Sang Kuasa.