Coretan tipis -tipis dari warung kopi...
Bagi siapapun yang melewati masa SD di akhir 80 an atau di awal 90 an, kerap kali disebut sebagai generasi 90-an. Era dimana reformasi 1998 belum pecah dan masih adem ayem seantero negeri di bawah pemerintahan Mantan Presiden Bapak Suharto.
Menjauh dari soal politik dan intrik di dalamnya, para anak Indonesia yang besar dan tumbuh di peralihan dekade ini hingga sebelum tahun 2000, kerap membandingkan apa yang dialami dulu dengan generasi setelah mereka.
Padahal realitanya, ada tren atau fenomen yang mirip antar generasi, hanya saja rupa dan bentuk nya berbeda.
Apa saja? Ini berdasarkan pengamatan juga pengalaman sendiri...hehe.
1. Kata orang anak jaman sekarang kurang lagu anak-anak, kebanyakkan temanya cinta-cinta. Emang anak jaman dulu ngga ya?
Yang bener ahh.....Siapa yang dari masih SD, atau di TK (Taman Kanak-Kanak), sudah hapal dan bisa nyanyikan lagu paling mellow sejuta umat di jaman dulu yaitu Hati yang Luka miiliknya Tante Betharia Sonata. Hmm..dijamin pada tau semua.
Atau jeritan hati ala -ala lagu Bintang Kehidupannya Nike Ardila atau prahara rumah tangga milik single nya Om Pance Pondaag lewat tembang Kucari Jalan Terbaik atau Demi Kau dan Si Buah Hati..hehe.
Meski di era dulu ada banyak lagu anak-anak, seperti Trio Kwek Kwek, Janter Simorangkir, atau di dekade sebelumnya ada Chicha Koeswoyo, Diana Papilaya dan Ira Maya Sopha, namun realitanya anak-anak kecil di tahun 80 an hingga 90 an, yang belum berusia 13 tahun "dipaksa" dalam tanda petik untuk lebih cepat dewasa sebelum umur lewat lagu dewasa.
Lirik lirik yang berkisah soal asmara, sakit hati, galau dengan pencarian dalam hidup hingga pencetak lagu sendu di era dulu seperti Bang Rinto Harahap dan Om Pance Pondaag , memang sejatinya bukan untuk anak-anak.