Just Sharing....
Sepuluh hari lalu saya ke rumah salah seorang nasabah. Jaraknya lumayan jauh di luar kota, kurang lebih 2 jam perjalanan pulang pergi.
Karena sudah janjian, sengaja dalam perjalanan saya menyempatkan diri untuk istirahat sebentar. Biasanya banyak kedai kopi pinggir jalan dengan pemandangan sawah nan hijau menjadi pilihan untuk mampir ngopi sekalian menumpang pipis di toiletnya.
Bahan bakar kendaraan sudah diisi penuh sebelum berangkat, sehingga SPBU pun dilewatkan. Sudah kadung mesti tepat waktu agar tak ditinggal sama si nasabah yang punya seabrek kegiatan.
Alhasil saya menahan pipis sepanjang menempuh 90 kilometer jauhnya. Pengen mampir sebentar karena kebelet, tapi diurungkan demi bisa tiba di rumah nasabah. Puji syukur akhirnya bisa ketemuan dan dokumen perjanjian bisa ditanda tangani.
Beres sudah urusan kerjaan, tapi urusan BAK (Buang Air Kecil) malah enggak beres karena saya merasa ada yang aneh.
Dalam perjalanan pulang, ketika mampir ke sebuah obyek wisata sekalian memesan segelas kopi hitam, sensasi anyang-anyangan mulai memberikan sinyal.
Saya pernah terkena batu ginjal dan menuliskan kisahnya di Kompasiana. Bisa dibaca dengan judul Pengalaman Operasi Batu Ginjal dan Perubahan Hidup Setelahnya.
Dengan apa yang pernah dilewati dulu tahun 2009, saya memang agak waspada menjaga pola hidup agar tak mengalaminya lagi di kemudian hari.
Namun gejala yang dirasakan dulu, tak dimulai dengan yang namanya anyang-anyangan. Insting saya mulai mendeteksi ada yang aneh ini di tubuh saya, terutama di saluran kemih mulai ginjal hingga kandung kemih. Apalagi ketika masuk di toilet obyek wisata tersebut berasa pipis enggak tuntas tapi masih kepengin pipis lagi.
Sampai di rumah, dorongan untuk BAK (Buang Air Kecil) yang serasa masih ada cairan urine yang belum keluar semua, saya segera ke kamar mandi. Tapi apa yang terjadi, saya spontan teriak "Oh My God", kencingnya sudah berubah warna jadi merah kecoklatan.