Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Dilema Pemilik Kos di Tengah Pandemi

Diperbarui: 21 April 2021   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menunggak biaya kos (Dokumentasi pribadi)

''Mau diusir enggak enak, mau ditagih enggak enak juga....''

Quote di atas itu curhatan salah seorang nasabah yang kebetulan punya usaha kosan. Jauh sebelum pandemi melanda, bisnis jasa penginapan yang dikelola mereka hampir tak bermasalah dalam pembayaran. Kini saat pandemi kondisi berubah. 

Dari sebelas kamar yang dikelola, hanya tersisa 8 kamar yang ada penghuninya. Itu pun dari 8 kamar tersebut, hanya separo penyewa yang bayar. Sisanya meminta penundaan, meski nunggaknya panjang dari bulan ke bulan. 

Habis kesabaran sudah pasti dirasakan oleh si pemilik kos. Mau meminta yang tak bayar untuk meninggalkan bilik, rasanya kok tegaan banget. Apalagi ada di antara mereka yang sudah memiliki momongan. 

Tapi kalo enggak ditagih juga bakalan repot karena pengeluaran untuk biaya air PDAM, listrik, sumur bor, uang sampah yang notabene bahan buangan itu juga berasal dari sampah para penyewa kosan, semuanya harus dibayarkan setiap bulan. 

Ibarat uang masuk antara ada dan tiada, uang keluar dari kantong sendiri sudah pasti ada yang musti dianggarkan. 

Kalau sebulan dua bulan mungkin masih bisa ngambil dari pos dana lain, tapi kalo keterusan selama lebih dari 4 bulan, lha apa enggak bikin mumet. 

Dilema itulah yang dirasakan Bu Fatmi (sebut saja namanya begitu), wanita berusia 58 tahun yang sudah memulai bisnis kos-kosan sejak 12 tahun silam.

Modal untuk membangun usaha kosan yang dulu katanya dananya dipinjam dari salah satu Bank BUMN dan sudah lama lunasnya. 

Dengan begitu, pemasukan dari pembayaran bulanan para penyewa biasanya diputar lagi ke sejumlah usaha kecil lainnya. 

Namun pandemi yang berkepanjangan, berdampak pada pekerjaan dan usaha yang dikelola. Para penyewa yang menghuni kamar-kamar sewaannya terlalu lama menunggak sehingga mengakibatkan kesulitan membayar. 

"Lama-lama bosan juga dengar alasan ini alasan itu sehingga enggak bisa bayar. Mereka juga pasti bingung, mau ngomong apalagi sama ibu dan bapak," curhat sang majikan via telepon dengan saya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline