Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

SBY-Moeldoko-AHY, Apa Kudeta Dipicu Terkait Regenerasi Tanpa "Pertimbangan"?

Diperbarui: 8 Maret 2021   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolase foto_sumber:halomedian.co dan democrazy.id

"Salah satu tujuan politik adalah mencapai kekuasaan...meski dengan beraneka cara"

Quote di atas itu perkataan salah seorang guru. Beliau mengajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan sejarah perjuangan bangsa. Meski sudah bertahun silam, namun selalu terekam dalam memori. 

Buat saya, dan juga warga lain di tanah air, yang barangkali tak tertarik pada persoalan politik, rasanya bukti nyata dari quote di atas itu tak hanya pada tataran kepartaian. 

Di tempat bekerja pun, di bisnis bahkan, makna kata politik bisa diterapkan tuk mencapai sesuatu. Entah jabatan atau keuntungan, bahkan kepentingan tertentu. Modus dan polanya bisa secara terbuka, tertutup, terorganisir, sembunyi-sembunyi, baik oleh individu atau berjemaah secara tim. 

Para bupati, gubernur, walikota, termasuk kepala negara, yang saat ini memerintah karena terpilih dalam proses pilkada atau pilpres sebelum nya, adalah bukti bahwa mayoritas jabatan tersebut didapatkan secara politik. 

Tentu tercapai karena beraneka strategi, cara, analisa dan pertimbangan -pertimbangan yang sudah dikalkulasi oleh tim pemenang. 

Regenerasi dan Pertimbangan Politik

Bicara soal regenerasi politik dalam trah kekuasaan yang berhasil di gapai di level negara, bukti nyata mungkin adalah mantan Presiden Sukarno sebagai Bapak,  menurun pada anaknya, yakni Ibu Megawati. 

Dikutip dari wikipedia, Pak Karno menjabat presiden dari 1945 hingga 1967, Bu Mega menjadi presiden dari tahun 2001 hingga 2004. Dengan ditambah sebelumya wapres dari 1999 hingga 2001. 

Selain keluarga mantan presiden ini, belum ada yang menyamai pencapaian tersebut. Masih misteri di tahun -tahun mendatang, akankah putra atau putri salah seorang barisan para mantan kepala negara, mampu mengulang sejarah orang tuanya. 

Mengulik Megawati, jalan panjang dan liku proses hidup yang akhirnya menjadikannya pernah sebagai orang nomor 1 di negeri ini, selain faktor sang Bapak, juga pengalaman politik yang cukup 'berdarah-darah' dalam tanda kutip. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline