Just Sharing....
Pertanyaan yang tersirat pada judul tulisan di atas, umumnya dilontarkan sebagian nasabah. Sudah beli kes atau kredit kendaraan dan berjuang melunasi hingga BPKB sudah di tangan, eh mau diajukan sebagai agunan pinjaman multiguna, kok malah jatuhnya lebih rendah.
Makna kata rendah adalah bila nasabah membandingkan dengan total uang yang telah dikeluarkan mulai dari mulai DP pertama hingga cicilan terakhir selama sekian tahun
Sebenarnya wajar bila itu jadi keluhan. Pertama mungkin nasabah tak bekerja di showroom kendaraan atau bekerja di perusahaan yang membiayai kredit kendaraan roda 2 atau roda 4, sehingga tak tahu macam mana struktur kreditnya. Kedua, seandainya pun nasabah memahami sedikit, namun kebijakan dan aturan bisa cenderung berubah sewaktu-waktu.
Tulisan ini hanyalah sekedar edukasi, bagi calon nasabah atau pun masyarakat awam, soal apa saja yang mempengaruhi perbedaan besaran plafon kredit dari sebuah unit kendaraan yang dimiliki nasabah dengan BPKB yang hendak 'disekolahkan' oleh pemiliknya.
Hampir semua lembaga pembiayaan, termasuk perbankan yang melayani pembiayaan multiguna, menerapkan acuan yang hampir seragam. Apa saja kira-kira penyebabnya? Ini dia :
1. Apakah kendaraan tersebut laris di pasaran atau tidak?
Bila seorang calon nasabah datang dan membawa BPKB tiga sepeda motor tahun 2019 miliknya, yakni Honda Revo, Honda Beat CW dan Honda Vario, sudah pasti plafon kredit Vario akan lebih besar dibanding Revo atau Beat. Meski sama -sama satu merek dan sama umur unit.
Bagaimana bila beda merek nya ? Taruhlah motor Mio yang dikeluarkan oleh Yamaha dan Motor Vario yang diproduksi oleh Honda. Hampir selalu maksimal kredit multiguna dengan agunan BPKB Vario yang ditawarkan lebih besar dari Mio J atau Mio CW, meski keduanya keluaran tahun yang sama.
Alasannya sudah pasti bisa ditebak. Ukuran kelarisan melihat pada seberapa banyak masyarakat kita menggunakan merek dan jenis kendaraan tersebut di masyarakat.
Meski ukuran ini kadang tak sebagai patokan karena karakter warga di masing-masing kota atau kabupaten di tanah air kadang punya preferensi tertentu pada satu merek dan tipe, namun secara nasional harus diakui bahwa ada tipe -tipe tertentu yang mendominasi.