Hanya tulisan ringan pada waktu hujan sore-sore...
Semenjak uang jadi alat tukar sah atas barang dan jasa, hampir setiap orang membutuhkan. Alasannya simpel. Karena manusia tak jauh -jauh dari kebutuhan akan barang dan keperluan akan jasa. Gitu terus berputar sepanjang usia.
Demi mendapatkan uang, sebagian orang menjadi pekerja dan sebagian lain menginvestasi uang ke dalam usaha agar menghasilkan keuntungan.Pada akhirnya, baik yang bekerja maupun yang berwirausaha, akan sama -sama memperoleh uang. Sesuai rejeki dan porsinya.
Ada yang bergaji di bawah 5 juta, ada juga dengan pendapatan per bulan lebih tinggi di atasnya. Kerap pula kita membaca ada pengusaha dengan perputaran omzet puluhan hingga ratusan juta, tapi ada juga yang mainnya di milyaran. Meski banyak parameter tuk menjabarkan mengapa berbeda secara digit, intinya adalah sebijak apa mengelola.
Makna kata bijak dalam KBBI adalah selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. Secara harfiah, bisa dikatakan mereka yang bijak mengelola penghasilan adalah mereka yang selalu menggunakan akal budi. Mau dipakai sebagai apa uangnya, mau dibelanjakan kemana dan untuk jenis kebutuhan seperti apa.
Tiga cara sederhana kelola uang
1. Analisa terlebih dahulu pemasukan dan pengeluaran
Sudah bekerja dan punya usaha sendiri, cobalah ambil waktu menganalisa sumber-sumber mana datangnya uang dan kemana mengalir. Cara sederhananya menghitung berapa penghasilan tetap bersifat reguler seperti gaji bulanan atau rata -rata laba bersih usaha setiap bulan. Seandainya ada pendapatan pasif yang tak rutin, lebih baik tak dimasukkan ke total penghasilan karena sifatnya tak pasti.
Lalu beralih ke beraneka pengeluaran atas barang dan jasa,mulai yang sifatnya Sangat Penting Sangat Mendesak (SPSM), Tidak Penting Tapi Mendesak (TPTM), Tidak Mendesak Tapi Penting (TMTP) hingga Tidak Mendesak dan Tidak Penting (TMDTP).
Beberapa kode singkatan ini hanyalah label prioritas kebutuhan. Tentu berbeda pada orang per orang. Kebutuhan makan minum serta pulsa atau paket, hampir setiap orang akan memasukkannya ke SPSM.
Namun membeli busana, sepatu atau buku bacaan misalnya, pada sebagian orang bisa dikatagorikan TMTP.Bagi yang masih single atau sudah berkeluarga tentu berbeda. Demikian pula bila statusnya pekerja atau punya usaha sendiri.
Bagaimana bila ada cicilan wajib? Mungkin bisa dikatagorikan ke dalam pengeluaran, dengan catatan besar total cicilan tidak melebihi 30% dari total penghasilan. Standar ini juga banyak digunakan dalam analisa persetujuan kredit di hampir semua lembaga pembiayaan.