Dalam beberapa hal,yang bermasalah bukan barangnya tapi ukurannya...
Seorang nasabah curhat pada saya, ketika mampir ke rumahnya. Sebenarnya maksud kedatangan mau ngomongin perihal salah satu produk jasa keuangan yang diminati pasangan suami istri ini.Namun obrolan melebar ke soal pagar rumah di komplek perumahan mereka.
"Hidup bertetangga kadang makan hati. Hanya gara -gara pagar, bisa nyinyir orang kiri kanan," demikian curhatnya
"Hmm..kok bisa Bu. Masalahnya kenapa?" tanya saya, penasaran juga
"Pasang pagar rendah dari kayu, dibilang miskin ndak punya uang. Dibuat yang tinggi tertutup, eh dibilangin sombong. Ndak mau gaul sama orang samping," keluhnya dengan ekspresi kesal.
Mendadak sedikit tersedak saya. Bukan karena cairan kopi hitam hangat buatan sang nasabah yang membasahi kerongkongan,tapi respon otomatis karena menahan tawa.
Akhirnya tangan kanan dipake menutup mulut agar nada tertawanya ndak kedengaran.
Jujur, curhat gara -gara pagar antar tetangga, sudah sekian kali saya dengar. Terutama dari satu dua warga yang bertempat tinggal di komplek perumahan yang kreditnya dibiayai oleh salah satu Bank BUMN.
Di tanah air banyak ya pembangunan pemukiman model beginian,yang tak kerkatagori sebagai perumahan cluster.Luas lahan tak besar, tidak semua penghuni nya memiliki kendaran roda 4.
Namun jalan lingkungan antar blok ato deretan dapat dilalui mobil atau truk.
Lantas, apa aja yang dicurhati gara-gara pagar rumah?