Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Sriwijaya Air Jatuh dan Terkenang 4 Pengalaman 'Seru' Naik Pesawat

Diperbarui: 16 Januari 2021   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Just Sharing....

Saya mengetahui sedikit  mengenai bandara dan pesawat karena sempat belajar meski tak mendetail. Jadi dulu ada mata kuliah Teknik Bandar Udara. Dari sanalah saya mengenal apa itu apron, taxiway, runway,lebar bentang sayap, angin samping hingga perencanaan tebal perkerasan landasan. 

Setelah tamat dan tak lagi bekerja di bidang yang berhubungan dengan itu, jujur saya tak ingat banyak. Meski demikian ada perkatan dari dosen pengajar yang selalu terngiang.  

Salah satu yang paling berbahaya dari pesawat itu adalah saat hendak take off dan saat hendak landing. Itu ucapan beliau yang kini telah berpulang setahun lalu. Pak Dosen, yang setahu saya di jaman itu, beliau juga adalah salah satu konsultan yang menangani Bandara Ngurah Rai.Dia lalu mencontohkan beberapa kasus kecelakaan pesawat, baik di dalam maupun di luar negeri. 

Meski itu sudah lama, namun perkataan itu selalu membayangi manakala menumpang pesawat. Saya semakin menyadari mengapa ada istilah Critical Eleven, yakni momen kritis pada 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum mendarat. 

Mungkin ini salah satu alasan awak kabin meminta penumpang mengencangkan ikat  pinggang saat  pesawat melaju kencang di runway tuk lepas landas.Bahkan setelah terangkat pun, jangan dulu dilepas sebelum ada isyarat dari pramugari. Demikian juga saat burung besi itu hendak mendarat, penumpang diminta kembali mengencangkan sabuk. 

Kaitannya dengan topik pilihan kali ini dan dari pengalaman sendiri seberapa kali menumpang pesawat, saya terkesan 4 pengalaman seru yang cukup sedikit traumatis. Mungkin lebih kerasa  karena saya juga akrofobia atau fobia ketinggian.  

1. Pengalaman pertama 2013, terguncang keras dalam penerbangan Timika-Denpasar. 

Beberapa kali terbang ke kawasan Indonesia Timur sepertinya sudah hapal di atas langit mana biasanya pesawat akan berguncang. Peralihan dari Papua ke Maluku menurut saya paling sering di obok-obok. Sedikit berguncang itu lumrah, namun dibayangi ketakutan manakala guncangannya keras,berulang dalam durasi yang lama.  

Lalu tiba-tiba pramugari mondar mandir, dan lampu dimatikan. Semua penumpang mendadak diam dan saling pandang. Padahal tadi naik pesawat, kesan  cuek aja di samping kiri kanan, depan belakang. 

"Mohon maaf, pesawat sedang mengalami turbulensi, tolong semua penumpang di tempat duduk dan mengencangkan sabuk," kata pramugarinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline