" Saya sekolah sambil main di pantai..., "
Sebut saja namanya Arta. Bocah lokal asli Lombok yang pandai berbahasa inggris. Dia menjawab dalam bahasa asing ketika saya menanyakan apa aktifitas sehari -hari. Siang itu dia tengah asyik menemani seorang turis asal negeri paman sam. Mereka duduk di bawah kursi payung. Bercanda dan bercerita banyak hal. Tentang dirinya, keluarganya, sekolahnya dan teman -temannya.
Saya menyapa mereka berdua. Lalu kami bertiga duduk di atas pasir sembari memandang ke laut biru. Tak banyak pengunjung di obyek wisata yang berjarak kurang lebih 50 menit dari Bandara Internasional Lombok. Lokasinya agak terpencil. Meski tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan desa -desa di seputaran wilayah Kuta Lombok.
Ada penanda jalan dengan mana Pantai Mawun atau Mawun Beach di pinggir jalan. Susuri saja jalan beraspal mulus. Banyak penunjuk arah untuk sampai ke sana. Atau bisa bertanya pada warga lokal yang dengan ramah akan membantu mengarahkan. Di sisi kiri dan kanan sepanjang jalan, banyak dibangun akomodasi wisata berupa cafe dan mini hotel khusus back packer. Selang seling dengan lahan kosong yang masih hijau khas daerah pedesaan.
Menggunakan sepeda motor,tak sulit bagi saya berkendara ke sana. Hanya membayar biaya masuk ke pantai sebesar 5000 rupiah. Loket berupa palang yang dijaga sejumlah anak muda setempat. Parkir nya pun langsung di pinggir pantai. Terlihat bahwa pantai ini layaknya permata yang belum di asah. Tak banyak hotel di sekitar pantai. Garis pasir memanjang kurang lebih 500 meter. Putih berpadu dengan laut biru. Aduh indah sekali, gumanku dalam hati.
" Saya suka Lombok karena orang -orangnya sederhana dan pantai-pantainya masih alami.Sedikit berbeda dengan Bali, Tapi itulah Indonesia, negeri yang indah dan beragam pilihan wisata dan budaya," kata Nick (nama samaran), turis berdarah Afro asal Amerika itu, ketika saya menanyakan kesannya tentang Pantai Mawun.
Dengan berbincang, saya akhirnya tahu bahwa dia bekerja sebagai salah seorang security officer alias petugas keamananan di US sana. Dia berlibur bersama beberapa rekannya. Mereka sangat menikmati obyek wisata laut di Lombok, di samping mengenal budaya lokal Suku Sasak dari warga lokal.Sayangnya, dia belum pernah ke saudaranya Pulau Lombok alias Pulau Sumbawa, tempat saya bertugas, hehe.
Harus diakui, bahwa untuk NTB, Lombok, meskipun secara luas lebih kecil, namun dikaruniai sejumlah pantai - pantai cantik berpasir putih. Pantai Mawun hanyalah salah satunya. Termasuk beberapa Gili yang telah terkenal, seperti Trawangan, Meno dan yang lainnya.
Tiga jam duduk bersama mereka, saya terkesima dengan kepandaian Arta ber cas cis cus bahasa inggris. Bocah lanang yang belum genap berusia 12 tahun itu, sedikit pun tak canggung ngomong dengan pria bule itu. Beberapa rekan Nick datang dan duduk dengan kami, Si Arta langsung menyambut dengan kelihaiannya berkomunikasi. Dan para wisatawan luar negeri ini serasa menikmati kebanyolan dan kelucuan Si Arta.
Tak ada rasa sungkan. Tak terlihat ekspresi gugup atau kagok ketika mulut dan lidahnya berbicara. Meski mungkin secara tata bahasa sedikit bisa tak sesuai, namun pesan komunikasi itu mengalir dengan hangatnya. Terlihat mereka juga mengerti dan menikmati apa yang disampaikan si bocah.
" Dari mana kamu belajar bahasa inggris?" tanya saya