Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Rindu Offline yang Terlarang dan Pengalaman Meeting Online Selama Pandemi

Diperbarui: 6 Oktober 2020   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Mari ngopi sambil menulis...karena keduanya bukanlah  rindu yang terlarang

Sudah seminggu ini kebagian jatah jadi peserta online. Ndak meeting ndak training, Kadang malah kedua sesi itu digabung. Akibatnya waktu online zoom jadi tambah panjang. Karena yang dibahas sudah pasti lebih banyak. Betewe, saya hepi hepi aja:). 

Pertama, karena terpilih ikut itu anugerah. Berarti yang punya gawe dan kepentingan, menilai bahwa peserta itu kepanjangan tangan tuk implementasi di level bawah. Sekalian berharap dapat di estafetkan pada tim atau  rekan yang tak sempat ikut lantaran kuota terbatas. 

Kedua, dapet ilmu dari trainer hebat. Mahal lho perusahaan ngebayar seorang profesional atau pakar. Investasi buat melatih dan mengajar orang dalam. Bekali pegawai sebagai aset. Pemateri nya juga lebih antusias karena ngerasa dihargai.    

Ketiga, dapat jumpa dengan teman -teman sekerja. Meski hanya tatap muka dan say hello dengan mereka yang berbeda kota. Sebagian besar malah berlainan propinsi. Namun kita semua disatukan, Lewat layar HP atau layar laptop.  Dalam balutan aplikasi Zoom. 

Hehe...Jumpa online kayak gini serasa rindu yang terlarang. Meminjam judul lagu lawas milik Om Broery dan Tante Dewi Yull itu. Betapa corona bikin bermacam rindu benar -benar menjadi terlarang. Ngerasa ngga ya:) 

Sebagai pegawai, saya kangen training  offline sekalian bisa jalan -jalan gratis keluar daerah. Kini tak bisa lagi. Antara ada dan tiada, namun lebih banyak tiadanya dibanding adanya. 

Mau traveling ke daerah wisata, jadi terbatas dan penuh protokol. Mau ketemuan dan kumpul bareng sahabat lagi seperti dulu  cuman bisa mengenang lewat instagram dan koleksi foto di galeri HP. 

Adik adik mahasiswa yang kangen menjejak rumput di kampus, kini cuma bisa lihat rumput di halaman tetangga, Semoga lebih ijo ya seperti bajunya bapak ibu dosen yang ngasih kuliah online. 

Ternyata tak hanya orang sehat yang terpenjara rindu. Saudara -saudara kita yang divonis Covid dan menjalani proses kesembuhan dan isolasi mandiri pun mengalami gelombang rindu yang mirip frekuensinya.

Rindu ingin cepat sehat dan pulang berkumpul dengan keluarga. Mereka yang bersatatus Orang Dalam Pemantauan dan sekian hari terisolir, ingin hasilnya negatif sehingga dapat beraktifitas kembali. 

Masa pandemi ibarat masa memupuk rindu. Mengaduk -aduk memori lalu menumbukkannya pada kenangan sebelum Covid datang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline