Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Sanksi Masker dan Lingkaran Dampak, Semua Dimulai dari Saya

Diperbarui: 17 September 2020   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Warga yang tidak memakai masker saat dihukum dalam Operasi Yustisi Protokol COVID-19 di Kawasan Tanah Abang di Jakarta Pusat, Senin (14/9/2020). Operasi Yustisi tersebut dilaksanakan untuk menertibkan masyarakat agar lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Just Sharing....

Saya bersyukur, bahwa di tengah masa pandemi, kantor tempat saya bekerja, tak memberlakukan PHK. Namun di tengah kabar baik itu, saya juga berempati pada saudara-saudara lain yang hidupnya berubah, terutama secara ekonomi,akibat badai corona. Beberapa mengalami secara langsung. 

Ada sahabat dekat, teman-teman seperjuangan kala kuliah dulu, keluarga besar, hingga para nasabah saya di kantor, yang juga termasuk jejaring kerja secara tak langsung. 

Kala merenung sendiri ditemani segelas kopi ireng, segelintir tanya menyeruak. Apakah kita mesti berbangga lantaran tak terkena dampaknya, sehingga kondisi kita masih sedikit lebih baik dibanding mereka yang berdarah-darah di masa pandemi? 

Apakah lantaran kita bekerja di perusahaan formal atau institusi milik pemerintah, sehingga ibaratnya hanya tergores dan tak pecah berkeping layaknya yang lain di luar sana? Atau apakah karena kita punya bekal pendidikan dan sedikit ketrampilan, yang bikin mampu 'survive', ketika semua orang digoncang oleh virus Covid-19? 

Bila karena sejumlah alasan itu, lalu apa yang bisa dilakukan? Andai realitanya seperti ini, apa kebaikan yang dapat dibagikan? Uang kah? Pengetahuan kah? Lapangan pekerjaan kah? 

Atau meminjam perumpamaan kail dan ikan, manakah lebih baik, memberi kail, memberi umpan atau k ah langsung memberi ikan? Mungkin dengan bertanya pada nurani disertai empati, kita dapat melihat jauh ke dalam (batin), dan jauh ke luar,pada kebutuhan mereka di lingkaran pengaruh. 

Kita yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah menengah, mungkin masih ingat mata Pelajaran Biologi. Ada pengetahuan mengenai sel, jaringan, organ dan sistem organ, lalu menjadi sebuah organisme mahkluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Dimulai dari bagian terkecil yakni sel, dimana sel-sel yang sama akan membentuk jaringan. Jaringan-jaringan yang menyatu akan menyusun sebuah organ. 

Beberapa organ yang berbeda akan bekerja sama satu sama lain melakukan kerja tertentu dan membentuk sistem organ. 

Misalnya sistem organ pernapasan yang melibatkan organ paru-paru, trakea, tenggorokan dan hidung. Mungkin karena itu perlnya test swab dengan mengambil sampel di hidung dan tenggorok, untuk mengantisipasi dampaknya terhadap organ paru.

Analogi yang hampir mirip, dapat diterapkan dalam komunitas sosial. Diri sendiri ibarat sel hidup. Ketika berada di dalam keluarga, terbentuk jaringan keluarga inti dan kerabat. Aktualisasinya meluas dan membentuk komunitas sekuler di masyarakat. Dan masyarakat yang tumbuh dengan budaya, akan berdampak langsung maupun tak langsung, pada nilai dan ketahanan negara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline