Tak peduli yang apapun yang terjadi, malam ini aku harus membuat sebuah tulisan. Betul sekali, sebuah tulisan. Tidak penting apakah tulisan ini akan layak dibaca atau tidak, yang paling penting adalah aku harus membuat tulisan.
Terlahir menjadi warga kelas biasa dari sebuah desa membuatku agak rikuh bersentuhan dengan teknologi informasi. Apalagi aku tak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Jangankan untuk strata satu, sekolah menengah pun hanya dapat yang pertama dan itupun harus kujalani lima tahun. Yang tingkat atas hanya kebagian tiga bulan di kelas satu. Aku harus mengingat lagi cara mengarang yang diajarkan guru smpku 18 tahun lalu.
.......................................................
Sepuluh menit berlalu, aku masih belum tahu apa yang mesti kutuliskan. Mau nulis apa ya?
.......................................................
Sudah satu setengah jam lebih, dan aku belum dapat inspirasi.
Oh ya, ini kan bulan Agustus. Aku baru tahu dari iklan detik.com, ternyata Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada bulan puasa. Peringatan kemerdekaan tahun ini juga bertepatan bulan puasa.
Bulan Agustus sangat identik dengan kata merdeka. Mungkin suatu saat nanti ada yang mengusulkan kepada pemerintah dan juga DPR agar bulan Agustus diganti menjadi bulan "Merdeka".
Dan apa yang terjadi? Pro dan kontra akan menjadi topik utama media dan itulah kebiasaan bangsa ini, ribut terhadap sesuatu yang tidak penting. Yang pro mengemukakan alasan demi menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan, demi membangkitkan semangat dan demi meningkatkan rasa nasionalisme (karena nasionalisme mereka telah hilang akibat sering mencuri pundi-pundi negeri?). Yang kontra mengemukakan alasan tidak setuju karena Agustus berhubungan dengan rasi bintang yang disepahami seluruh negara di dunia. Apalagi dampak yang ditanggung akan sangat besar. Protes dari rakyat yang bernama Agus akan bergelora. Mereka diberi nama Agus karena lahir di bulan Agustus tidak mau pergi ke Dukcapil mengganti nama mereka menjadi Merdeka. Apalagi yang bernama Agustinus, Agustini, Agustina, dll, mereka protes keras karena tidak mau nama mereka diganti menjadi Merdekinus, Merdekini dan Merdekina. Sesuatu yang sederhana yang menguras tenaga karena ada yang pro dan kontra.
Tidak lepas dari kata pro dan kontra, baru saja pemerintah meluncurkan produk baru 'redenominasi'. Masyarakat ribut, bukan karena takut nilai uangnya jadi berlipat mengecil tapi karena pemerintah telah mengambil kebijakan redenominasi diluar batas. Orang yang senyata-nyata diputus bersalah, hukumannya diredenominasi. Yang semestinya masih menjalani hukuman 1 tahun diredenominasi menjadi tinggal satu hari, yang korupsi 1 milyar diredenominasi dan dianggap hanya korupsi 1 juta saja. Yang pro bilang, demi kemanusiaan karena sudah diredenominasi oleh Tuhan. Di forum-forum yang kontra mengumpat para pengambil kebijakan yang biasanya peragu telah diredenominasi menjadi gagu.
Para pengambil kebijakan telah sangat bijaksana menerapkan tema di bulan ini. Di bulan Agustus ini, para pengambil kebijakan memberi kemerdekaan kepada para tahanan. Tentunya hal itu sama dengan meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Di bulan puasa yang penuh ampunan Tuhan, para pengambil kebijakan ikut memberi ampunan kepada koruptor agar mereka bisa berkarya dan tentunya bisa korupsi lagi.