Lihat ke Halaman Asli

Adnira

Pelajar

Ketindihan Setan? Mitos atau Fakta?

Diperbarui: 21 Mei 2023   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kepercayaan bahwa ketindihan disebabkan oleh keberadaan setan atau jin adalah mitos yang tidak didukung oleh bukti ilmiah. Ketindihan sebenarnya adalah kondisi medis yang terjadi ketika seseorang merasa kesulitan bernafas atau bergerak saat tidur. Kondisi ini biasanya terjadi akibat posisi tidur yang salah, stres, kelelahan, atau gangguan kesehatan seperti sleep apnea.

Meski demikian, kepercayaan bahwa ketindihan disebabkan oleh setan masih cukup umum terutama di beberapa masyarakat atau budaya tertentu. Pandangan ini lebih berkaitan dengan faktor agama dan spiritual daripada ilmiah.

Ketindihan bukanlah penyakit karena adanya campur tangan makhluk halus seperti jin atau setan tetapi bisa menjadi gejala dari gangguan kesehatan tertentu seperti sleep paralysis, migrain dan lain-lain.

Sleep paralysis atau ketindihan saat tidur adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang merasa tidak bisa bergerak atau bicara ketika hendak tidur atau bangun dari tidur. Kondisi ini terjadi ketika otak dan tubuh mengalami ketidakseimbangan saat beralih antara fase tidur REM dan NREM.

Selama tidur, otot-otot tubuh biasanya rileks, tetapi pada kasus sleep paralysis, otot-otot tersebut terkunci sehingga sulit bagi seseorang untuk bergerak atau bahkan bicara. Meski sebagian orang merasa ketakutan saat mengalami sleep paralysis, namun sebenarnya kondisi ini relatif normal dan tidak membahayakan kesehatan.

Beberapa faktor yang dapat memicu sleep paralysis antara lain:

1.  Kondisi medis.
Beberapa kondisi medis seperti gangguan neurologis, gangguan bipolar, insomnia, dan sleep apnea dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis.

2.  Gangguan tidur
Sleep paralysis terkait erat dengan gangguan tidur tertentu, seperti tidur siang terlalu lama, kurang tidur, jet lag, atau sleep deprivation.

3.  Gangguan mental: Beberapa gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep paralysis.

4.  Obat-obatan tertentu: Beberapa obat seperti obat-obatan untuk depresi, obat tidur, dan obat anti kecemasan dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis.

5.  Genetik: Ada beberapa bukti bahwa sleep paralysis dapat diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline