Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Opini: Aku Pancasila dan Indonesia 2045

Diperbarui: 16 Mei 2020   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pancasila yang selalu didengungkan para creative minority yang memegang tampuk kekuasaan menjadi alasan utama untuk memutuskan dan membatalkan suatu kebijakan, atas nama pancasila beberapa organisasi dibubarkan partai-partai dibekukan. Memang pancasila merupakan hal yang sangat  vital atas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dalam proses awalnya terjadi perdebatan yang kolot, pancasila adalah jalan tengah untuk memayungi kebhinekaan yang sudah ada di Indonesia. 

Dalam buku dibawah bendera revolusi jilid 1 Soekarno menuliskan bahwa ada 3 Ideologi yang memiliki andil yang sangan besar dalam memerdekakan Indonesia yaitu Islamisme, Nasionalisme dan Marxsisme tidak lah salah jika dikatakan bahwa pancasila merupakan sublimasi dari 3 ideologi tersebut. 

Rezim orde baru yang pemindahan kekuasaannya harus memakan korban dalam sejarah kelam Indonesia telah mengambing hitamkan salah satu pemikiran ideologi yang walaupun terbatas terlalu revolusioner, pemboikotan akan ideologi dan doktrin phobia yang disebar oleh rezim orde baru telah tertanam kuat dipikiran masyarakat Indonesia, lagi-lagi ini dengan dalih atas nama Pancasila.

Pancasila yang menjadi payung atas kebinekaan pikiran, suku, ras, agama, bahasa dan Ideologi haruslah menjadi landasan dalam mengambil kebijakan buka hanya menjadi alat untuk mendapatkan tempat sebagai pengambil kebijakan. Seperti yang dikatakan oleh budayawan Sujiwo Tedjo dalam salah satu program televisi yang menyebukan bahwa pancasila itu sebenarnya tidak ada, nama dan lambangnya serta tulisannya itu memang ada namun pengimplementasian dan keadaan real saat ini menyatakan tidak ada, ia juga mengatakan bahawa jika benar ada pancasila makan seluruh perusahaan itu bersaldo 0. Seperti yang saya katakan diawal bahwa ini merupakan buah pemikiran akan salah satu ideologi yang memang ada ditubuh pancasila khususnya sila ke 5.

Tahun 2045 genap 100 tahun kemerdekaan Indonesia dan genap juga usia saya menginjak 45 tahun, jika dalam sejarah Islam Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu pertama kali saat usiannya 40 tahun, saya belum mengetahui nasib saya nantinya akan jadi apa namun saya akan mencoba memproyeksikan keberadaan diri saya dan keberadaan pancasila di negeri ini. 

Beberapa hal musti perlu diperjuangkan dan beberapahal haruslah dikorbankan untuk cita-cita saya yang terlampau tinggi mungkin banyak orang yang akan berfikir negative akannya, namun saya akan terus memegan kata-kata Soekarno yang menyatakan bahwa bermimpilah setinggi langit jika engkau jatuh maka kamu adan jatuh diantara bintang-bintang. 

Saya memiliki semangat revolusiner dalam memerdekakan bangsa ini dari pancasila yang hanya sebagai embel-embel politik pragmatis sesaat atau dari gerakan seperatis yang atas dan dari pancasila. Semangat yang terlampau revolusioner ini akan sangat lah muluk-muluk, maka saya berkomitmen pada diri saya selaku orang yang biasa-biasa saja bahwa tidak usah memikirkan bangsa ini sesuai apa yang engkau bayangkan.

Memalui mediasi dan beberapa diskusi kunci dari berhasilnya semangat pancasila sebagi benar-benar jiwa bangsa Indonesia adalah dari diri kita masing-masing. Perubahan yang besar berawal dari yang kecil mulailah ubah diri anda sendiri dulu sebelum merubah hal yang besar, jika semua orang mengubah dirinya sebagai orang yang memahami dan menjiwai pancasila maka dengan sendirinya bangsa Indonesaia memang benar bangsa yang berjiwa pancasila tidak seperti kritik yang dikatakan Sujiwo Tedjo bahwa pancasila itu tidak ada.

Mengubah diri untuk lebih baik itu perkara yang sulit namun hal yang lebih sulit adalah setelah berubah kita bisa mempertahaknannya supaya tidak berubah lagi itu yang lebih sulit lagi. Saya sangat setuju dangan kata-kata bapak Najib yang menyebutkan bahwa tempat atau habitat seseorang mempengaruhi perilaku atau behaviour dari orang tersebut. Mungkin sekarang saya seorang mahasiswa yang memiliki idealitas yang tinggi akan kebijakan penguasa namun saya juga menyadari bahwa kalau saya diposisi yang lain mungkin akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah.

Saya belum bisa memikirkan visi saya nanti pada tahun 2045 menganai saya dan pancasila, namun saya akan memikirkan visi saya untuk hari ini apakah pancasila sudah mengakar dalam diri saya ataukah hanya narasi yang setiap hari jumat saya pelajari di fakultas filsafat universitas gadjah mada.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline