Saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman pribadi saya, semoga bermanfaat untuk dijadikan pelajaran atau bahan renungan.
Setahun yang lalu, saya dilantik untuk menempati posisi jabatan di salah satu kantor vertikal Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sesaat setelah dilantik ketika itu, saya menerima banyak sekali telepon maupun pesan singkat dari teman dekat, teman biasa, teman jauh, hingga mantan atasan yang memberi ucapan selamat.
Ucapan selamat dan doa dari mereka tentu patut saya syukuri, dan saya balas dengan ucapan terima kasih dan doa pula.
Sebelumnya, saya sudah beberapa kali dilantik untuk beberapa jabatan yang berbeda, namun ucapan selamat yang saya terima tidaklah sebanyak dan seantusias seperti saat itu.
Terus terang, hal itu membuat saya sedikit bertanya-tanya.
Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memang sempat berpesan kepada saya pada saat memberi ucapan selamat sesaat setelah pelantikan.
Ketika itu beliau sempat berpesan, "Saya titip Makassar ya, pak Adnan?"
Bagi saya, pesan ibu menteri tersebut adalah hal yang lumrah karena saya memang ditugaskan di kantor vertikal Kementerian Keuangan yang berada di Makassar.
Baru terasa istimewa dan aneh jika setelah pelantikan itu, beliau tiba-tiba berpesan, "Saya titip Denpasar, ya?" atau "Saya titip Chinta Laura, ya?"