Lihat ke Halaman Asli

Adnan Abdullah

Seorang pembaca dan penulis aktif

Masih Perlukan Sumpah Pemuda Diperingati?

Diperbarui: 30 Oktober 2022   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Peristiwa yang setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari sumpah pemuda itu adalah peringatan atas Keputusan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928. 

Keputusan para pemuda pada masa penjajahan Belanda itu menegaskan cita-cita para pemuda saat itu untuk mewujudkan persatuan bangsa Indonesia yang bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.

Keputusan para pemuda itu menjadi salah satu tonggak terwujudnya semangat persatuan bangsa Indonesia ketika itu untuk secara bersama-sama melawan penjajah Belanda. 

Saat ini bangsa Indonesia sudah merdeka, tentu timbul pertanyaan masih perlukan sumpah pemuda itu diperingati? 

Saat Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan beberapa tahun setelahnya, peringatan sumpah pemuda itu tidak diperlukan karena saat itu persatuan bangsa Indonesia memang sudah sangat kokoh, terbukti ketika Belanda mencoba untuk menjajah kembali Indonesia dengan melakukan agresi, berbagai elemen bangsa termasuk para pemuda di seluruh Indonesia bangkit untuk melakukan perlawanan hingga berhasil mengusir tentara Belanda pulang ke negerinya. 

Tapi saat ini, terutama sejak Indonesia menjadi negara terbuka yang memungkinkan semua paham dan aliran bebas masuk ke negeri ini, maka peringatan sumpah pemuda itu menjadi mendesak untuk diingat dan dibangkitkan kembali. 

Paham-paham itu kemudian bermetamorfosis ke dalam berbagai organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan partai politik, bahkan beberapa paham transnasional radikal menyusup masuk ke dalam lembaga pendidikan.   

Akibatnya kini muncul gerakan-gerakan yang bukan untuk menyatukan, akan tetapi justru cenderung memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa melalui politik identitas. 

Kelompok ini memanfaatkan minimnya pengetahuan sebagian umat Islam tentang bahayanya paham transnasional radikal dengan mengkampanyekan penegakan Islam, padahal Islam hanya mereka jadikan tunggangan untuk menarik simpati umat Islam demi tujuan meraih kekuasaan semata. 

Beberapa politisi pun memanfaatkan gerakan-gerakan tersebut untuk kepentingan politik demi memenuhi nafsunya untuk meraih kekuasaan tanpa peduli dengan ancaman disintegrasi bangsa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline