Lihat ke Halaman Asli

Adnan Abdullah

Seorang pembaca dan penulis aktif

Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

Diperbarui: 2 Juli 2019   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Istana Topkapi, Istanbul (Dokpri)

Bangunan di belakang saya itu adalah pintu gerbang untuk masuk ke dalam kompleks Istana Topkapi di Istanbul, Turki.
 
Istana ini pertama kali dibangun pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmet II atau Muhammad al-Fatih. Luas istana ini mencapai 70 hektar, di dalamnya terdapat banyak bangunan dan 4 taman yang luas. Istana ini dijadikan pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan dan keluarga serta pengawalnya.
 
Ketika Kesultanan Turki berubah menjadi negara sekuler pada tahun 1923 dan ibukota negara dipindahkan ke Ankara, istana ini dialihfungsikan menjadi museum hingga sekarang.
 
Selain melihat peninggalan sultan, kita juga bisa melihat beberapa peninggalan Nabi Muhammad SAW yang tersimpan di museum ini, seperti pedang, jubah, surat, stempel, cap kaki, hingga gigi dan janggut beliau. Kita juga bisa melihat jubah dan sajadah putri nabi Fatimah RA, serta manuskrip al-Qur'an pertama yang ditulis diatas kulit domba. Di dalam ruangan ini juga sejak dulu hingga kini, para hafidz Qur'an melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an secara bergantian 24 jam sehari tanpa henti. 

Foto : Selat Bosporus, Istanbul (Dokpri)

Dari dalam komplek istana ini, kita juga bisa melihat Selat Bosporus yang memisahkan Istanbul yang berada di benua Eropa ini dengan Istanbul yang ada di daratan Asia. Kota Istanbul memang unik karena satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua, yaitu Eropa dan Asia. Dulu ketika masih merupakan bagian dari Kerajaan Romawi, kota ini bernama Konstantinopel, setelah direbut oleh Sultan Mehmed II atau Muhammad al-Fatih pada tahun 1453, kota ini diganti namanya menjadi Istanbul. 

Ketika berada di dalam istana ini, saya seperti kembali ke masa ratusan tahun lalu, menjadi bagian dari kehidupan kerajaan islam di masa Kesultanan Turki Utsmani. Bahkan ketika masuk ke dalam museum dan melihat langsung peninggalan-peninggalan nabi dan keluarga serta sahabatnya, saya merasa seperti kembali ke masa seribu empat ratus tahun lalu ketika nabi masih ada. Kisah-kisah perjuangan nabi dalam menyiarkan islam, seperti muncul lagi ditengah merdunya lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline