Lihat ke Halaman Asli

Pluralisme Agama Bertentangan dengan Prinsip Bhineka Tunggal Ika

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rainbow Cake sebagai Bhineka Tunggal Ika

Pluralisme agama semakin populer di indonesia. Terutama setelah masa reformasi di indonesia tahun 1998. Pluralisme agama sendiri meskipun selalu didengungkan oleh beberapa pihak, namun juga ditentang oleh kalangan agamawan. Namun predikat populer bukan berarti prinsip ini mengalami perkembangan yang berarti. Prinsip-prinsip pluralisme yang didengungkan justru banyak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama itu sendiri.

Pluralisme agama mengajarkan bahwa semua agama sama. Sama-sama memuja tuhan, sama-sama mengajarkan kebaikan, sama-sama menentang keburukan. Sehingga paham pluralisme agama akan beranggapan bahwa tidak ada bedanya menganut agama yang satu ataupun yang lainnya. Akibatnya muncul-lah aliran ajaran agama yang mengajarkan ritual-ritual keagamaan secara bersamaan (berbarengan). Alasan dilakukannya ritual yang dilakukan bersamaan ini berdasarkan dalih toleransi karena kesamaan tujuan kepada sang pencipta. Prinsip-prinsip ini tentunya bertentangan dengan ajaran agama yang ada. Tiap-tiap agama memiliki ritual-ritual yang berbeda. Adalah bentuk penistaan ketika ritual keagamaan yang suci digabungkan dengan ritual agama lain, meskipun sama-sama di klaim suci. [caption id="" align="aligncenter" width="220" caption="Temple of all religion - Wikipedia"]

Templer of all religion

[/caption] Bagaimana dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal masyarakat indonesia sesuai slogannya dalam lambang negara Pancasila? Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda Tapi Satu) sendiri secara prinsip berbeda dengan prinsip pluralisme. Dalam Bhineka Tunggal Ika, yang dimaksud dengan tunggal bukanlah berarti melebur. Tidak demikian. Akan tetapi lebih kepada arti "kesatuan/bersatu". Karena tidak mungkin sesuatu yang berbeda itu dapat dilebur menjadi satu. Akan tetapi semangat kesatuan-lah yang menjadi pondasi dari slogan Bhineka Tunggal Ika. Contoh gampang dari Bhineka Tunggal Ika adalah pernikahan. Apakah setelah menikah, dua orang manusia berubah menjadi satu? Tentu tidak. Mansia tetap dua. Tapi "semangat kesatuan" membentuk SATU keluarga-lah yang sesungguhnya merupakan esensi dari semangat Bhineka Tunggal Ika. Jadi jelas sudah, bahwa prinsip Pluralisme bertentangan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Pluralisme bukan nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang majemuk dan beraneka ragam ini.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline