Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Choerul Adlie Rafqie

Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Setop Kontroversi Mari Beraksi, Hadapi Covid-19!

Diperbarui: 2 April 2020   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Polemik terkait siapa yang menularkan virus covid-19 jika dilihat dari strata sosial muncul setelah ucapan yang disampaikan oleh, Achmad Yurianto (Jubir penanganan penyebaran covid-19 di Indonesia), ia berkata dalam telekonferensi melalui akun youtube BNPB pada 27 Maret 2020, "kemudian yang kaya harus melindungi yang miskin agar bisa hidup wajar dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya (Covid-19) ." 

Sontak hal tersebut membuat banyak warga yang kecewa dan menyatakan kekecewaannya lewat sosial media, karena dinilai kalimat diatas seperti memposisikan orang kaya sebagai homo homini socius, sedangkan orang miskin diposisikan sebagai homo homini lupus, mengapa demikian? dan bagaimana seharusnya pemerintah ketika menangani Covid-19? serta sikap apa yang harus kita pakai dalam menghadapi kontroversi seperti ini?.

- Interpretasi kalimat

Memposisikan orang kaya sebagai homo homini socius? ini sangatlah menarik, kenapa? secara definisi homo homini socius adalah manusia sebagai makhluk sosial, istilah ini dipopulerkan oleh Adam Smith. Teori ini dapat dengan sederhana dibuktikan dengan kebutuhan manusia akan akurasi dan dipandang baik oleh orang lain (aronson, 2004). 

Bisa kita tarik kesimpulan bahwa perkataan Achmad Yurianto terkait "yang kaya harus melindungi yang miskin agar hidup sewajarnya" ini seperti memperlihatkan sisi humanisme dari manusia, dimana manusia dalam menjalankan kehidupan guna membangun peradaban harus membangun ruang-ruang kolaborasi dengan manusia lain atau dalam hal ini "saling membantu." 

Tapi sayangnya itu tidak berlaku bagi yang miskin, dimana yang miskin seperti dilihat dari kalimat "yang miskin membantu yang kaya agar tidak menyebarkan penyakitnya (Covid-19) " dianalogikan sebagai homo homini lupus atau manusia sebagai serigala bagi manusia lain, istilah yang pertama kali di populerkan oleh Plautus pada tahun 195 M, walaupun sebenarnya istilah itu mengacu pada konteks kegiatan ekonomi dimana antara manusia yang satu dengan manusia yang lain cenderung akan bersaing dan berusaha memangsa lawan bisnisnya. 

Akan tetapi, jika dilihat dari penggalan kalimat yang di ucapkan diatas seakan-akan kita bisa melihat orang miskin yang dianggap menjadi sumber masalah dan menyebarkan masalah tersebut ke orang yang memiliki status sosial "kaya", hal tersebut sangat tidak relevan dan cenderung diskriminatif, karena belum tentu orang miskin yang menularkan Covid-19 kepada orang kaya, lagi pula Covid-19 tidak akan memilih-milih calon korbannya.

- Teguran untuk pemerintah

Seharusnya pemerintah berkaca dengan lebih bertindak tegas kepada pemilik perusahaan (orang kaya) yang masih menjalankan bisnisnya ditengah pemberlakuan kebijakan "bekerja dari rumah", bukankah hal tersebut yang memaksa buruh-buruh untuk beraktivitas di luar rumah dan mengabaikan himbauan untuk dirumah aja? karena takut jikalau tidak bekerja bisa aja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan.

Adapun jika pemerintah tidak mau orang "miskin" tetap berkeliaran dirumah seharusnya pemerintah segera meluncurkan program bantuan kepada mereka, karena mereka sekarang ada di kondisi dilematis, pilihannya antara keluar dengan resiko terinfeksi Covid-19 atau dirumah aja dengan potensi kelaparan. 

Mengingat kebanyakan dari mereka adalah pekerja dengan upah harian, apabila mereka tidak bekerja satu hari saja itu bisa menyebabkan keluarganya tidak bisa makan. Hal tersebut dipertegas oleh Sandiaga Uno, dilansir dari Tempo.Co, ia mengatakan bahwa "Bantuan dana harus segera cair untuk atasi corona". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline