Lihat ke Halaman Asli

SKL UN Bahasa Inggris SMK; Teaching for Tests Vs Skills

Diperbarui: 29 Mei 2017   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ujian Nasional untuk siswa SMA/SMK tahun 2017 telah usai. Pelaksanaan ujian tahun ini agak berbeda dari tahun sebelumnya karena semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer yang jamak disingkat menjadi UNBK. Jadwal UN SMA dan SMK berbeda dimana UN SMK diadakan pada tanggal 3-6 April 2017 sedangkan UN SMA diadakan pada 10-13 April 2017, kecuali pelaksanaan diBali yang bersamaan karena UN SMK diundur dikarenakan bertepatan dengan hari raya galungan. Perbedaan jadwal ini dimaksudkan agar lebih banyak sekolah yang bisa mengadakan UNBK walaupun tidak mempunyai infrastruktur komputer yang memadai dengan cara menggunakan komputer secara bergantian (resource sharing). Kondisi ini sangat baik mengingat hal ini akan menghemat anggaran dan meningkatkan budaya paperless disemua bagian.

Ujian nasional tahun ini juga tidak menentukan kelulusan, sama seperti yang sudah berjalan dua tahun belakangan. Akan tetapi seyogyanya  keseriusan menghadapi UN jangan sampai berkurang termasuk dari aspek persiapannya. Adalah lazim bila 3 atau bahkan 6 bulan sebelum UN, sekolah sudah memulai persiapan untuk UN, baik melalui try out atau jam tambahan untuk mata pelajaran UN. Salah satu yang dipersiapkan oleh guru adalah kisi-kisi UN yang biasanya dikeluarkan oleh pemerintah menjelang UN. Kisi-kisi ini menjadi panduan bagi guru dan siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi UN. Begitu pula penulis dan kolega guru sesama guru bahasa Inggris SMK. Dari tahun ke tahun para guru khususnya kami guru bahasa Inggris SMK mengandalkan kisi-kisi sebagai panduan atau pedoman mempersiapkan siswa. Kisi-kisi tersebut biasanya memuat materi bahkan bentuk soal per nomor. Guru bahasa Inggris SMK akan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi Listening Comprehension untuk nomor 1 sampai 15. Reading Comprehension ada dari nomor 16 sampai 50, dengan bentuk soal yang bermacam-macam, Error Analysis, Incomplete Dialog, Reading Text, dan Cloze test.

Dua tahun terakhir, kisi-kisi yang dikeluarkan pemerintah berbeda dari biasanya. Kisi-kisi tersebut tidak serinci tahun-tahun sebelumnya, tidak ada rincian per nomor dengan bentuk soal dan materi. Kisi-kisi tersebut hanya terdiri dari tabel dengan 2 Kolom yang terdiri dari Level Kognitif dan Lingkup Materi. Lingkup Materi sendiri terdiri dari 3 kolom yaitu Fungsi Sosial, struktur teks, dan, unsur kebahasaan. Kisi-kisi ini menjadi multi tafsir. Beberapa teman guru dengan ekstrim menyebutnya tidak jelas. Para guru bahasa Inggris mengeluh mengenai kondisi ini, termasuk di media sosial seperti grup Whatsapp. Banyak guru bahasa Inggris mengantisipasi keadaan ini dengan merujuk ke bentuk soal dan kisi-kisi UN sebelumnya, para guru bahasa Inggris mempersiapkan siswa untuk menghadapi UN dengan bentuk soal dan materi yang mirip dengan soal tahun sebelumnya.

Pada saat akhirnya bentuk soal yang keluar berbeda dengan yang dipersiapkan, seperti hilangnya soal Error Analysis dan Cloze test, banyak siswa yang mengeluh. Bahkan ada siswa yang protes, mengatakan gurunya pembohong karena bentuk soal yang diajarkan berbeda dengan yang keluar di UN.  Banyak guru bahasa Inggris yang juga mengeluhkan keadaan ini. Protes dan keluhan mewarnai beberapa grup whatsapp guru bahasa Inggris.

Mungkin yang perlu kita, para guru mapel UN, sadari adalah bahwa ada maksud pemerintah tidak mensyaratkan UN sebagai penentu kelulusan dan mengeluarkan kisi-kisi UN yang ‘tidak jelas’ tersebut. Kisi-kisi tersebut, atau yang pemerintah sebut sebagai blueprint (diforum penyusunan kisi-kisi), bertujuan agar para guru, termasuk guru bahasa Inggris tidak terus terjebak pada paradigma Teaching for Test seperti yang selama ini terjadi pada kegiatan persiapan UN disekolah-sekolah. Akan tetapi para guru bisa menerapkan paradigma Teaching for Skill. Apabila kita, para guru bisa menerapkan ini, maka para siswa diharapkan mempunyai skill bahasa Inggris yang mumpuni sehingga menghadapi soal berbentuk apapun mereka akan siap. Ini juga yang sepertinya diamanatkan oleh Kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa untuk bisa madiri, secara sadar menggali potensi mereka termasuk dalam bahasa Inggris, dengan bimbingan guru. Apabila kita, para guru masih mengeluh dengan kisi-kisi UN yang ‘tidak jelas’ dan menerapkan Teaching for Test pada persiapan menghadapi UN, maka seolah-olah usaha kita menerapkan Kurikulum 2013 selama masa pembelajara runtuh, luluh lantak seketika dihadapan UN dan persiapannya yang hanya beberapa saat.

Oleh karena itu, marilah para guru mapel UN, termasuk guru bahasa Inggris, kita mengubah paradigma kita dalam mempersiapkan siswa dari Teaching for Test menjadi Teaching for Skills. Kita bekali siswa kita dengan ketrampilan yang akan membuat mereka siap menghadapi soal berbentuk apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline