Lihat ke Halaman Asli

Sudahkah Memaafkan Masa Lalumu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Banyak orang meyakini bahagia itu selalu bersyarat hanya karena seolah demikianlah yang banyak terjadi. Orang menganggap bahwa bahagia itu bisa diraih jika tidak terjadi sesuatu yang buruk di masa lalu. Misalnya, saat kehilangan kekasih, orang cenderung mengatakan alangkah bahagianya jika kekasihnya tidak pergi. Saat dalam keadaan bangkrut, orang mengatakan alangkah bahagianya jika rekan bisnis mereka tidak menipu. Pendek kata, setiap kejadian buruk adalah sumber dari rasa kecewa serta ketidakbahagiaan seseorang.

Namun berbeda dengan yang diyakini banyak orang, Adjie Silarus justru melihat bahwa kebahagiaan seharusnya tidak ditentukan oleh masa lalu. Orang muda yang telah beberapa tahun menekuni dunia meditasi ini mengatakan, bahwa kebahagiaan hanya akan hadir jika orang MEMILIH UNTUK BAHAGIA! “Jika masa lalu kita suram, bukan berarti masa depan kita akan berakhir kelam. Masa depan gemilang bukan ditentukan oleh masa lalu yang cemerlang, namun lebih ditentukan oleh seberapa kuat Anda dapat mengampuni masa lalu,” ujarnya.

Pria berpenampilan tenang dan kalem ini mengatakan, bahwa bahagia sebenarnya bukanlah sesuatu yang bersyarat, seperti yang diyakini banyak orang. Sebab, kebahagiaan akan hadir dengan sendirinya ketika seseorang memilih untuk ikhlas dan mengampuni masa lalu, serta menanamkan rasa bahagia itu dalam hati serta pikiran mereka. Adjie mengibaratkan keikhlasan dan pengampunan masa lalu, seperti halnya bumi yang selalu memaafkan manusia pada setiap kesalahan yang mereka perbuat. “Manusia perlu belajar memaafkan. Jadilah orang yang pemaaf, bukan pendendam. Masa lalu bukan sesuatu yang harus dibawa dalam setiap perjalanan. Masa lalu justru adalah jalan pembuka masa depan,” kata Adjie Silarus.

Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini selanjutnya menuturkan, bahwa tidak sulit untuk memulai mengampuni masa lalu yang meninggalkan trauma dalam diri. Cukup dengan memulai bermeditasi secara teratur, memejamkan mata, sadari sepenuhnya seluruh rasa dalam diri kita dan kita terima segala kebencian apa adanya. Kemudian perlahan menghirup udara, dan menghembuskan napas dengan membayangkan seolah-olah segala racun dalam hati kita peluk dengan penuh kasih sayang bersama hembusan napas itu.

Adjie Silarus yang mempunyai akun twitter @AdjieSilarus ini mengatakan, bahwa trauma ibarat sumber karat yang memenuhi jantung, hati, dan diri seseorang, yang kemudian akan merongrong kesehatan fisik mereka sendiri. Rasa sakit dan trauma yang tidak diatasi, akan membuat seseorang merasa kecil  dan sempit di tengah kehidupan yang sebenarnya besar dan luas. “Karenanya, bangkitlah. Anda harus mencari bahagia dengan cara ternyaman yang Anda bisa. Sembuhkan diri Anda, dan hiduplah dengan tenang di masa kini. Ampunilah trauma dan masa lalu itu,” dorong Adjie, dengan nada suara yang memotivasi sekaligus meneduhkan. Bisa juga dibaca di : berlatih merasa damai

Kunci bahagia adalah dengan belajar memadukan masa lalu, masa kini, dan masa depan, menjadi sebuah kekuatan yang utuh. Adjie Silarus menyarankan untuk belajar melupakan setiap hal buruk di masa lalu, membuang trauma, dan mengikis dendam dengan cara menenangkan diri dan memasuki keheningan. “Meditasi membantu Anda membebaskan diri dari beban jiwa. Meditasi juga dapat membantu Anda mengampuni masa lalu dan menyembuhkan trauma,” ujarnya.

Kini, sudahkah Anda mengampuni masa lalu? Dan, sudahkah Anda bermeditasi hari ini ? (IndScript)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline