Lihat ke Halaman Asli

Drama Miss World

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demokrasi itu aneh, katanya mengikut suara mayoritas. Tapi ketika mayoritas menolak, mereka tetap memaksakan kehendak mereka. Mungkin memang benar, demokrasi itu hanya untuk mereka yang mendengung-dengungkan demokrasi.

Ya, akhirnya semua tahu, mengapa selama ini GPH (Garda Pembela handak) dan ormas2 Handak selalu diberitakan yang buruk2. bahkan beberapa berita yang jelas2 fitnah masih saja ditayangkan. Terutama oleh media media pelacur yang memang dimiliki oleh Kaum Makbeliom. Tujuan nya satu, supaya agenda mereka yang lebih besar bisa tetap terlaksana. Dan para penolaknya yang sudah dicap buruk oleh media pelacur menjadi makin buruk labelnya.

Miss World makin dekat, dan para penolaknya juga makin merapatkan barisan. Berbagai macam cara ditempuh supaya Miss World dibatalkan. Mulai dari menemui Bos Menesi Grup, samapi menyurati presiden Ki Baw, Tapi sayang, tak ada guna. Telinga orang orang Makbeliom sudah di-set agar tak mendengar tuntutan orang2 jubah putih. Mungkin saat pertemuan berlangsung, saraf penghubung antara telinga dan otak milik orang2 Makbeliom sedang off.

Panitia tidak mungkin membatalkan Miss World, begitu katanya. Padahal sejak awal digulirkannya rencana penyelenggaraan Miss World di Pulainda, jelas2 sudah banyak mendapatkan penolakan. Yah, pada akhirnya orang2 Makbeliom tetap memaksakan kehendak mereka.Mereka mencoba memaksa ikan cupang untuk menerima ikan tempala burak di wilayahnya. Dukungan dari orang-orang Lugor dan Kaum Tejajau membuat mereka makin besar kepala.

Miss World akhirnya jadi dilaksanakan. Di dalam gedung, acaranya berjalan lancar. Sementara tak jauh dari gedung tersebut, ribuan orang dari Kaum Handak berdemo, meminta kontes itu dibubarkan. Demo kali ini cukup besar, berbagai ormas dari Kaum Handak bersatu. Ditambah lagi partisipasi dari Kaum Handak yang tak berafiliasi dengan ormas apapun ikut tergerak hatinya untuk berdemo.

Usut punya usut, ternyata demo ini sudah di setting pula oleh orang-orang Lugor, Kaum Makbeliom dan Kaum Tejajau. Mereka membuat provokasi agar saat demo bisa terjadi kerusuhan. Dan para pemimpin demo bisa ditangkap dengan tuduhan tindakan anarkis. Sip, lengkap sudah. Belum lagi media2 pelacur yang sudah siap2 memberitakan hot news; ANARKISME KAUM HANDAK.

BHUMMM… kerusuhan pecah. Kerusuhan dipicu karena ada beberapa preman bayaran yang melakukan provokasi. Ada dari mereka mengacung2kan senjata api, kemudian melempar kepala tetua dari salah satu ormas kaum handak dengan botol bir. Melihat tetuanya dianiaya, marahlah kaum handak hingga akhirnya kerusuhan terjadi. Prajurit sipil yang sejak awal berjaga dengan pasukan dan senjata lengkap tak mampu menahan amarah para pendemo. Para pendemo yang awalnya mencoba menangkap sang preman akhirnya bentrok dengan prajurit sipil. Sementara para preman tersebut sudah lari naik mobil yang memang sudah dipersiapkan oleh kaum Makbeliom.

Sempurna, demo anarkis yang diharapkan oleh orang-orang  Makbeliom sukses berjalan. Sementara media-media pelacur menyela acara tv yg sedang berlangsung dengan breaking news; “ANARKISME KAUM HANDAK”.

Demo yang sebelumnya berjalan lancar akhirnya menjadi rusuh. Sementara media-media pelacur memberitakan bahwa ini adalah bentrokan antara prajurit sipil dan kaum handak. Kerusuhan belum juga berakhir hingga gelaran Miss World hampir mencapai puncak acara.

Suara ledakan keras tiba-tiba terdengar hingga panggung utama saat MC membacakan penyandang miss world.Semua tegang. Namun acara tetap dilangsungkan dengan nuansa penuh ketegangan hingga acara usai. Selesai acara, Para panitia, peserta kontes, penonton, juri, official, dan orang2 yang terlibat tak bisa beranjak dari lokasi. Kaum Handak yang makin panas akhirnya bisa menerobos barikade prajurit sipil ring terluar dan kali ini kerusuhan terjadi tepat di pintu masuk gedung.

Suara letupan senjata dan tembakan gas air mata membut lokasi gelaran Miss World seperti berada di medan perang. Prajurit sipil mengambil tidakan yang represif. Mereka menghajar semua kaum Handak yang mereka temui di area demonstarsi. Para panitia, peserta kontes, penonton, juri, official, dan orang2 yang terlibat menjadi sangat ketakutan. Beruntungnya mereka bisa dievakuasi dengan mobil panser.

Hari pertama berlalu. Puluhan orang dinyatakan tewas. Korban tewas berasal dari pihak Kaum Handak dan Prajurit Sipil. Hari itu juga, semua mata dunia tertuju pada Pulainda karena Miss World. Presiden Pulainda, Ki Baw menyatakan keprihatinanya. Dan meminta aparat menindak tegas para pelaku kerusuhan.

Esoknya Para pimpinan dari ormas-ormas Handak akhirnya ditahan dengan alasan memicu kerusuhan. Melihat pimpinannya ditahan, kaum Handak berang. Mereka tidak mau berhenti sampai pemimpin mereka dibebaskan. Lagi-lagi di hari kedua terjadi bentrok, dan beberapa orang tewas. Dan di hari yang sama, pergerakan index saham di Bursa saham Pulainda jatuh. Investor luar beramai menarik modalnya dari Pulainda karena panik.

Tewasnya orang-orang dari kaum Handak akibat bentrok dengan prajurit sipil memicu amarah kaum Handak di seluruh wilayah Pulainda. Mereka berunjuk rasamenentang tindakan represif pemerintah. Kaum Handak tumpah ruah di jalan pusat kota di kota masing-masing. Sementara di Ibukota Pulainda, puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Mahardika. Mereka menuntut supaya pelaku pembantaian terhadap orang-orang Handak di usut dan panitia Miss World di Pulainda diadili. Sementara media pelacur meliput demo ini dari lubang sedotan. Ya, visual yang ditampilkan dalam berita memperlihatkan bahwa demo ini dilakukan hanya oleh segelintir orang. Selebihnya media pelacur ini membesar2kan aksi “Damai” yang di lakukan oleh Kelompok Tumban. Kelompok Tumban sendiri adalah gabungan dari kelompok, Makbeliom, Lugor, dan Tejajau. Aksi yang seolah-olah damai tapi tak kalah provokatif.

Kelompok Tumban melakukan Long march dadakan. Aksi yang sebelumnya hanya dizinkan di perempatan Perempatan Hotel Pulainda, kini bergerak ke Lapangan Mahardika dimana massa dari kaum Handak berkumpul. Kaum Tumban kali ini melakukan provokasi tepat di depan massa Kaum Handak. Kali ini provokasi dilakukan dengan mengutus seorang wanita penggiat kewanitaan. Wanita ini tiba-tiba melepaskan bajunya dan teriak2 ke arah Kaum Handak, “Makan nih aurat, dasar Munafik, otak kalian aja yang kotor!! Tak ayal kerusuhan besar terjadi. Dan Lagi lagi, Media pelacur memberitakan; KAUM HANDAK MENYERANG KAUM TUMBAN YANG SEDANG MELAKUKAN AKSI DAMAI.

Berminggu-minggu berlalu, Keadaan negeri Pulainda semakin buruk. Presiden mengumumkan negara dalam keadaan darurat. Jam malam diberlakukan, dan kegiatan berkumpul pun dilarang. Sebagian besar kaum Handak yang berdemo langsung ditahan. Undang2 baru disusun, dimana ormas/ kegiatan yang berlandaskan hukum Kaum Handak dilarang. Namun hal ini justeru membuat perlawanan Kaum handak makin keras. Bahkan tuntutan mereka semakin tinggi, “Presiden Ki Baw mundur dan di adili atas kejahatannya”. Dan hebatnya, media pelacur memberitakan “PERCOBAAN KUDETA OLEH KAUM HANDAK”

Epilog.

Negara makin kacau. Dan kerusuhan berlanjut sampai tahun berikutnya. Kondisi Pulainda pun makin memprihatinkan. Setidaknya tujuan peyelenggaraan Miss World di Pulainda tercapai; MENGANGKAT NAMA PULAINDA DI MATA DUNIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline