Lihat ke Halaman Asli

Cahaya di Langit Harapan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini semua terasa begitu kelabu.

Semua terasa, seakan-akan sekeras apapun ikhtiar yang saya lakukan, hari-hari kelam akan selalu melingkupi.

Saya bukannya apriori. Tapi kali ini, bukan lagi sekadar hidup dengan optimis atau pesimis, bukan lagi sekedar dua hal itu. Ini tentang kenyataan yang ada. Realitas yang saya harus hadapi. Dan Mendung ditambah cuaca ektstrim beberapa hari ini membuat perasaan makin dramatis.

Di saat seperti inilah saya butuh hangatnya cahaya semangat. Sehangat cahaya matahari di pagi yang cerah. Yang sejak bertahun-tahun lalu membuat saya optimis memandang masa depan. Semangat yang menjadi penambah energi saya untuk berjalan kaki ke kampus hingga kini, tanpa komplain.

Dimana Semangat itu?, Semangat yang saya butuhkan untuk tetap bertahan di tengah situasi ini. Sekeras apapun, Sesulit apapun, Sesakit apapun, Sesedih apapun, cahaya itu tak boleh padam.. Karena jika cahaya itu padam, maka semuanya akan menjadi benar-benar Gelap, Semua hitam.

Yah,, memang terdengar apa yang saya katakan seperti melantur. Tapi saya yakin, ini merupakan hal yang relevan. Dan saat ini saya perlu meng-Ekskresikan, meluapkan dan mengeluarkan apa-apa yang saya rasakan. Suasana kelam yang mencekam dan membuat berdiri bulu tengkuk ku akhir-akhir ini. Mereka datang secara diam-diam. Menelusup ke dalam tubuh dan berkembangbiak di tiap sel yang ada. Sehingga pikiran saya makin gelap.

Bahkan ketika saya merasa semuanya akan baik-baik saja. Dan saya katakan pada diri saya, bahwa "semua akan baik-baik saja dan semua akan berakhir baik". Saya merasa bahwa semua tidak akan sebaik yang saya harapkan.

Bahkan saya tidak bisa lagi berpikir optimis, tidak juga pesimis. Saat ini semuanya terasa samar, tak terbaca, dan membuatnya makin menakutkan. Realitas yang paling nyata akan kehidupan yang sebenarnya.

Seperti halya Iman, Optimisme pun fluktuatif. Kadang Kurva ekspektasi melonjak begitu tajam, atau bahkan tren nya menurun seketika.

===

Biarkan hari-hari bertingkah semaunya. Buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara. Dan jangan gelisah dengan kisah malam. Tidak ada kisah dunia ini yang abadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline