Lihat ke Halaman Asli

Jangan Putus Asa dan Jangan Merasa Aman

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah kita di salah satu fase kehidupan kita merasa sedih, galau dan gundah gulana yang mencemaskan? Pernahkah 'keributan' itu semua mendorong kita untuk mengakhiri hidup kita?

Sebaliknya, pernahkah kita di suatu waktu begitu gembira dengan keadaan diri sendiri, mendapatkan kenikmatan yang berlimpah, sehingga lupa lagi dengan rambu-rambu agama? Atau kita menyangka bahwa pelanggaran yang ada tak menghilangkan kenikmatan yang telah dirasakan?

Allah berfirman: “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, karena tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir. ” (QS. Yusuf: 87)

Berkata Al-Qurthubi menjelaskan ayat di atas, ” Ayat ini menunjukkan bahwa berputus asa itu termasuk dosa besar. “

Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata, “Dosa terbesar di antara dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah dan merasa putus asa dan harapan terhadap rahmat Allah. ” (Riwayat Abdurrazzaq dan Ath-Thabrani)

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, “Apabila Allah memberimu kenikmatan dari berbagai sisi; memberi makan kepadamu tatkala lapar, membuatmu merasa aman dari ketakutan dan memberimu pakaian sehingga tidak telanjang, maka jangan kamu menyangka kalau kamu orang yang beruntung sedangkan kamu tetap bermaksiat kepada Allah, bahkan sebenarnya kamu merugi, karena ini termasuk dari makar Allah kepadamu. ” (Dinukil dari Al-Qaululmufid Syarh Kitabittauhid karya Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dan  Qawaid wa Fawaid Min Al-Arbain An-Nawawiyah karya  Nazhim Muhammad Shulthon)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline