Kota Dumai merupakan sebuah kota di Provinsi Riau, Indonesia, sekitar 188 KM dari Kota Pekanbaru. Dumai adalah kota dengan wilayah administrasi terluas ketiga di Indonesia setelah Kota Palangkaraya dan Kota Tidore Kepulauan. (Wikipedia)
Saat ini Kota Dumai sedang memoles diri agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Tidak hanya dari sektor pendidikan, kesehatan, kini Kota Dumai mulai mengembangkan sayapnya di sektor wisata. Ini ditandai dengan munculnya berbagai tempat wisata seperti Taman Bukit Gelanggang, Danau Putri Tujuh, Hutan Wisata, Hutan bakau, Kampung Teratai, Rumah Pohon dll.
Baru-baru ini penulis membaca disebuah media online Kota Dumai tentang wacana dibangunnya tempat wisata di Simpang Jepang, Kel. Bukit Nenas. Konon akan diberi nama Bukit Bambu. Hal tersebut tentu akan menambah daftar lokasi wisata yang dapat dikunjungi oleh masyarakat Dumai di akhir pekan untuk melepas lelah maupun sekadar untuk berselfie ria. Dan digadang-gadang tempat wisata yang akan digarap tersebut mampu menyedot perhatian masyarakat Dumai dan mampu mendorong perekonomian masyarakat Simpang Jepang khususnya.
Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitar objek wisata secara langsung maupun tidak langsung dan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dimana disamping pengembangan objek wisata, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan objek wisata Itu sendiri.
Bercermin pada pengalaman penulis yang pada tanggal 3 Agustus 2017 lalu mengunjungi hutan bakau, yang merupakan salah satu objek wisata di Kota Dumai. Keadaan objek wisata itu kini lumayan memprihatinkan, sebagian tali-tali pembatas sudah putus, jembatan yang berlubang dan yang parahnya lagi ialah ketika penulis ingin menunaikan shalat ashar di tempat ibadah yang disediakan di dalam area Hutan Bakau tersebut, penulis tidak menemukan air untuk berwudhu di gentong yang telah disediakan. Dan jangan sampai hal serupa terjadi di objek wisata yang akan digarap di Simpang Jepang.
Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan utama yang perlu mendapatkan jawaban tuntas adalah bagaimana pengembangan objek wisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar kawasan wisata ini dapat dilakukan dengan baik, dalam arti berorientasi pada upaya pelestarian objek wisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar. Dan tidak hanya booming beberapa waktu saja, setelah itu menghilang pamor nya.
Jika hal-hal diatas mampu direalisasikan bukan tidak mungkin objek wisata Bukit Bambu menjadi daya tarik sekaligus menjadi identitas Kelurahan Bukit Nenas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H