Lihat ke Halaman Asli

Saat Lokasi Bencana Jadi Obyek Wisata (When Disaster Site To Be Tourism Destination)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393218994495480796

Saat Lokasi Bencana Jadi Obyek Wisata

“Tragedi lumpur Lapindo yang terjadi pada 27 Mei 2006 mengisahkan duka mendalam bagi masyara­kat porong-Sidoarjo. Akibat kelalaian manusia sekitar 1300 hektar, 16 Desa di 3 kecamatan men­jadi danau lumpur panas. Namun, lokasi bencana itu kini malah berubah menjadi destinasi yang didatangi masyarakat lokal dan bahkan hingga mancanegara.”

Dengan dikelilingi oleh tanggul yang cukup tinggi, serta ketebalan tanggul membuat kendaraan roda empat dan dua bisa berjalan lalu lalang di atas tanggul. Memudahkan para wisatawan untuk dapat melihat panorama danau dengan semburan lumpur panas yang hingga kini masih menyembur dari perut bumi.

Rasa ingin tahu yang besar membuat para pelancong meny­empatkan waktu untuk singgah dan mengunjungi danau lumpur panas itu. Pohon cemara ditanam dengan jarak tanam yang tera­tur, tampak mempercantik jalan masuk lokasi pusat semburan ini. Meski ada sebagian yang mengering akibat kemarau panjang.

Selain itu pompa-pompa air dengan ukuran besar, kapal keruk, mess karyawan BPLS seolah menjadi rongsokan pelengkap pemandangan di sekitar danau lumpur yang sudah 7 tahun ada di kota udang itu.

Sebelum memasuki tanggul di sekitar Jl Raya Porong, tampak banyak warga sekitar yang mendirikan warung makanan dan minuman. Mereka mencari rejeki dengan berjualan untuk menam­bah penghasilan dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

Warung sederhana itu menyajikan makanan khas kota Porong yang bernama ote-ote, ditambah dengan bumbu petis yang men­jadi pelengkap suasana dan juga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau saudara di rumah.

Ketika sampai di pintu masuk tanggul pengunjung akan dikenakan tarif Rp. 5000,- per orang. Dan setelah berada di dalam areal, para pengunjung masih dipungut biaya sukarela oleh warga setempat sebelum memasuki lokasi pusat semburan.

Luasnya danau dan panasnya terik matahari yang menyengat, membuat pengunjung tidak bisa berkeliling dengan berjalan kaki karena akan membuat lelah. Sehingga diharuskan untuk meng­gunakan kendaraan seperti motor atau mobil.

Untuk pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi, bisa menggunakan jasa ojek motor yang telah disediakan oleh warga sekitar. Harga yang ditawarkanpun relatif murah, tapi besa­ran pastinya sesuai hasil negosiasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline