Di halaman rumah kau tanam
kata-kata, berbaring di atas tanah
gersang. Air sumur kering, hujan malu
menyentuh bumi.
Aliran sungai begitu kaku
seakan tak ingin mengalir.
Kecemasan sepanjang lembah,
menampung peristiwa penuh luka
juga duka.
Kau tampung kata-kata dalam
perpustakaan setiap orang ketika
berpapasan.
Kau biarkan debu menjadi selimut,
menyelimuti tubuh yang menggigil
dingin di sepertiga malam. Doa-doa
mampir, menunggu giliran dan
hilanglah segala dosa para pendusta.
Dari balik manismu, kau simpan
aroma asin darah leluhur.
Membiarkan tanah merengut
sepasang mata kejujuran,
melahap segala rasa kebencian.
Hualoy, 17 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H